Ternyata, Sang Pendiri telah mempringatkan!
✒ Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi Hafizhahullâh
🌐 Abiubaidah.com
Perayaan peringatan maulid ini bermacam-macam bentuknya. Ada yang hanya sekadar berkumpul dan membacakan kisah maulid (kelahiran) Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, qosidah, dan ceramah agama.
Ada yang membuat makanan serta sejenisnya untuk para hadirin. Ada yang merayakannya di masjid, langgar (surau), dan ada yang di rumah.
Dan ada juga yang tak cukup hanya demikian, mereka meramaikan perayaan maulid ini dengan dibumbui keharaman dan kemungkaran. Seperti, ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita, joget, dan menyanyi, bahkan syirik — semisal meminta pertolongan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Hukum perayaan seperti ini lebih besar dosanya dari jenis pertama di atas. Bahkan hal ini diingkari secara keras oleh tokoh pendiri organisasi Islam besar di Indonesia, Muhammad Hasyim Asy’ari Rahimahullah al-Jombangi, yang juga pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng. Dia berkata dalam kitabnya, al-Tanbihat al-Wajibat li Man Yashna’ Maulid Bi al-Munkarot (Beberapa Peringatan Wajib untuk Orang yang Berbuat Kemungkaran Dalam Maulid) hlm. 17–18.
Berikut kami nukil nash perkataannya, dan terjemahan dari kami:
عَمَلُ الْمَوْلِدِ عَلَى الْوَصْفِ الَّذِيْ وَصَفْتُهُ أَوَّلاً حَرَامٌ, لاَ يَخْتَلِفُ فِيْ حُرْمَتِهِ اثْنَانِ, وَلاَ يَنْتَطِحُ فِيْ مَنْعِهِ عَنْزَانِ, وَلاَ يَسْتَحْسِنُهُ ذَوُوْالْمُرُوْءَةِ وَالإِيْمَانِ, وَإِنَّمَا يَرْغَبُ فِيْهِ مَنْ طُمِسَتْ بَصِيْرَتُهُ, وَاشْتَدَّتْ فِيْ الْمَآكِلِ وَالْمَشَارِبِ رَغْبَتُهُ, وَلاَ يَخَافُ فِيْ الْمَعَاصِيْ لَوْمَةَ لاَئِمٍ, وَلاَ يُبَالِيْ أَنَّهُ مِنَ الْعَظَائِمِ, وَكَذَا التَّفَرُّجُ عَلَيْهِ وَالْحُضُوْرُ فِيْه,ِ وَإِعْطَاءُ الْمَالِ لِأَجْلِهِ, فَإِنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ حَرَامٌ شَدِيْدُ التَّحْرِيْمِ لِمَا فِيْهِ مِنَ الْمَفَاسِدِ الَّتِيْ سَتُذْكَرُ إِنْشَاءَ اللهُ فِيْ آخِرِ التَّنْبِيْهَاتِ
“Perayaan maulid seperti yang saya sifatkan pertama kali (dibumbui maksiat) hukumnya haram, tidak ada perselisihan antara dua orang akan keharamannya dan tidak ada dua tanduk yang bertabrakan tentang terlarangnya (maulid), tidak dianggap baik oleh orang yang mempunyai sifat takut dan iman. Akan tetapi, yang menyenanginya hanyalah orang yang dibutakan matanya dan sangat bernafsu terhadap makan dan minum serta tidak takut maksiat kepada siapa pun dan tidak peduli dengan dosa apa pun. Demikian pula menontonnya, menghadiri undangannya, dan menyumbang harta untuk perayaan tersebut. Semua itu hukumnya haram dan sangat haram karena mengandung beberapa kemungkaran, yang akan kami sebutkan di akhir kitab.”
Setelah itu, al-Ustadz KH. Hasyim Asy’ari Rahimahullah menjelaskan kemungkaran-kemungkaran yang biasa dilakukan oleh sebagian orang dalam perayaan maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada halaman 38–46.
Lantas bagaimana jika beliau melihat perbuatan pengikut ormasnya sekarang?!
📡 [Telegram Channel Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi Hafizhahullâh]
♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam
Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.
0 komentar:
Posting Komentar