#OrangtuaBerkemampuanKhusus
ANAK SEKOLAH YANG PUTUS SEKOLAH...
Oleh: Masyhuri Az Zauji
Pernahkah kita mendengar ungkapan:
"Orangtuanya sudah capek2 dan mengeluarkan banyak modal untuk sekolah, tetapi kelakuannya kok malah selalu bikin resah..."
"Tuh lihat, perilakunya sama sekali tidak terpuji padahal dia sudah 10 tahun nyantri..."
Atau:
"Nak, ayah ibumu sengaja memasukanmu ke pesantren supaya kamu jadi anak shalih/ah. Tapi kenapa malah kamu jadi semakin parah..."
Dan masih banyak bentuk ungkapan lain dg gaya bahasa berbeda tetapi penekanannya sama, yaitu mempertanyakan tingkat efektifitas institusi pendidikan yang bernama sekolah.
1# Pendidikan itu kewajiban siapa?
Barangkali tdklah berlebihan jika dikatakan "Sekarang saatnya menggugat paradigma !!!"
Paradigma apa yang harus kita gugat?
Ya, paradigma pendidikan dalam benak kita terutama dalam posisi sebagai orangtua.
Jujur saja, jika kita mendengar istilah pendidikan maka dalam benak kita hadir sebuah istilah "SEKOLAH".
Tidak salah memang jika kita mengaitkan istilah "pendidikan" dengan "sekolah", karena sekolah atau yg dalam bhs arab "madrasah" merupakan tempat untuk belajar dan berlangsungnya aktifitas pendidikan.
Tetapi yang perlu gugat di sini adalah pemaknaan yang terlalu sempit dalam memahami istilah SEKOLAH, yg dimaknai sbg institusi pendidikan formal saja. Sehingga melahirkan sebuah paradigma yg KELIRU, bahwa tanggung jawab utama pendidikan ada pada instusi pendidikan yg bernama sekolah, sejak pra hingga pasca sekolah saja.
Keberadaan rumah tangga sebagai lembaga sekolah pertama dan utama bagi setiap anak acapkali tak terperhatikan dan terkesampingkan.
Dari sinilah 'malapetaka' abad ini bermula...
2# Putus sekolah sebelum masuk sekolah.
Didalam Al Quran disebutkan ada 17 dialog pendidikan anak. 16 dialog adalah antara orangtua dan anak, sedangkan dialog antara anak dan guru hanya 1 saja.
Artinya, jika orangtua mengabaikan peran dominannya dlm pendidikan anak, sama saja dg membiarkan anaknya putus sekolah. Ya, putus sekolah dari sekolah yg paling utama yaitu rumah.
Sungguh tidak adil jika mengharapkan kebaikan pada generasi yang dididik dengan hanya memberi 1 bagian (hak) saja sedangkan 16 bagian yg paling utama tak diberikan...
Jadi selama ini ternyata kita lebih banyak hanya menunggu 'keajaiban'
Kapankah rumah menjalankan peran optimalnya?
3# Berani adil dan jujur, HEBAT !!!
Jujurlah mengakui bahwa betapa banyak ketidak adilan dalam pendidikan anak-anak kita di negeri ini...
Coba lihat, apa yg dilakukan oleh orangtua dan sekolah saat seorang anak (didik) melakukan sebuah pelanggaran aturan/moral?
Ya, langsung menghukum dari hukuman yang ringan hingga memecat/ mengeluarkannya dari sekolah. Apakah setelah diberi hukuman ini, seorang anak akan lebih baik? TENTU TIDAK !!!
Dan bagaimana dg pihak orangtua yang (barangkali) patut diinterogasi terkait kesalahan yang anak lakukan? NYARIS TAK TERSENTUH dan memang kebanyak TIDAK MAU 'DISENTUH'
"Saya sudah bayar mahal untuk menyekolahkan anak saya di sini. Masak sih saya harus repot2 ikut mendidiknya juga??? Kalo begitu apa gunanya saya sekolahkan di sini?"
Bisa jadi kalimat ini yang akan dikeluarkan oleh orangtua, saat mereka diminta 'pertanggung jawaban'.
Meski demikian, pihak sekolah/ guru juga bukan berarti berada di pihak yang TIDAK PATUT DISALAHKAN. Perlu juga ditanyakan upaya pendidikan dan pendekatan apa yg selama ini dilakukan...
Perlakukanlah setiap anak kita dengan adil, agar mereka juga mampu berbuat adil pada kita...
4# Rumah, 'mesin produksi' peradaban
Dalam Islam, keluarga disebut sebagai "Labinatul Ulaa" yaitu batu pertama dalam membangun peradaban...
Keluarga harus menjadi tempat belajar terbaik dalam memahami dan memadukan antara garis vertikal dan horizontal, serta sebagai sarana penyiapan bekal dalam menjalani setiap langkah kehidupan.
Setiap keluarga seharusnya bukan hanya memenuhi fungsi fisiologis sbg tempat berteduh saja. Tetapi harus memenuhi 3 fungsi yang lain, yaitu:
1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan kenyamanan dan rasa aman,
2) penyedia lingkungan kondusif untuk membekali sosial skill
3) fungsi dakwah agar setiap anggota keluarga mampu menjadi penegak dan penebar kebaikan dalam lingkungan yang lebih luas.
inilah mesin utama yang memproduksi generasi pengemban misi peradaban masa depan...
5# Sekolah, antara tukang jahit dan pesulap
Sehebat apapun lembaga sekolah hanya menjalankan perannya (jika diibaratkan) sebagaimana tukang jahit yang hanya akan menjahit sesuai bahan yang diberikan. Sekolah bukan 'tukang sulap' yang bisa memenuhi segala keinginan pesanan tanpa mempertimbangkan 'bahan'.
Jangan berharap menerima celana jeans, jika bahan yg diserahkan adalah kain batik.
6# Antara Rumah dan Sekolah, sebuah sinergi bukan eksploitasi
Peran rumah dan sekolah memiliki peran strategis dalam pengembangan kepribadian dan potensi skill setiap anak. Keduanya harus berada pada satu alur sinergi untuk bekerjasama sesuai peran masing2.
Rumah/keluarga bertugas menguatkan "pondasi-pondasi dasar dan rangka bangun", sekolah menjalankan fungsi untuk memperindah dan melengkapi pernak-pernik agar lebih sempurna.
7# Antara Rumah dan Sekolah, tak perlu dicari siapa yang salah
Degradasi dan dekadensi moral (terutama) di kalangan remaja hari ini merupakan bukti real dari gagalnya sistem dan kelalaian dari para pelaksana pendidikan.
Dalam arti yg lebih luas, tentu sistem dan pelaksana pendidikan bukan terbatas hanya dalam ruang lingkup sekolah, di dalamnya ada sekolah, rumah tangga dan pemerintah.
Jika ditanya siapa yang salah, tentu semua patut disalahkan. Akan tetapi hanya mencari siapa yang salah tak akan mampu menyelsaikan masalah. Masing2 harus introspeksi diri mengaku salah dan siap berbenah, inilah jalan keluar dari segala masalah...
Setiap elemen harus saling mendukung bukan menelikung, setiap unsur harus bersedia untuk saling menguatkan bukan saling mencari kelemahan...
Mari jujur menilai diri, siap bersinergi, merasa bertanggung jawab untuk memulai aksi membangun GENERASI ROBBANI. Membangun generasi yang jiwa-jiwanya tunduk dan patuh pada semua aturan ilahi...
Allahu a'laam...
0 komentar:
Posting Komentar