This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 13 Februari 2016

Toko Istri

Toko Istri
.
Sebuah toko “yang menjual istri"
.
Baru saja dibuka di sebuah kota di toko tersebut Laki-Laki dapat memilih istri
.
Namun seseorang harus Mengikuti aturan main yg tertera di Pintu masuk toko tersebut :
.
“Seseorang hanya dapat Mengunjungi toko ini SATU KALI”
.
Toko tersebut terdiri dari 6 lantai Dimana setiap lantai akan Menunjukkan sebuah calon kelompok istri
.
Semakin tinggi lantainya Semakin Tinggi pula nilai wanita tersebut
.
Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan
.
Seseorang dapat memilih wanita di lantai tertentu atau lebih Memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko.
.
Lalu…
.
Seorang Laki-Laki Pun Pergi Ke Toko “istri” tersebut untuk mencari Istri …
.
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini :
.
Lantai 1 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.
.
Laki-Laki itu tersenyum,kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
.
Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini :
.
Lantai 2 : Wanita di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil. Kembali Laki-Laki itu naik ke lantai selanjutnya.
.
Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini :
.
Lantai 3 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan cantik banget.
.
” Wow…”  Tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik
.

Lalu sampailah laki2 itu di lantai 4 dan terdapat tulisan :
.
Lantai 4 : Wanita di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cantik Banget dan suka membantu Pekerjaan rumah.
.
”Ya ampun !” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya”
.
Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan seperti ini :
.
Lantai 5 : wanita di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil,cantik banget,suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa Romantis
.
Dia tergoda untuk berhenti, tapi Rasa penasaran yg semakin tinggi kemudian membuat dia Melangkah kembali ke lantai 6 dan terdapat tulisan seperti ini :
.
Lantai 6 : Anda adalah pengunjung yang ke 787.567.999
.
- Tidak ada wanita di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk Anda yang tidak pernah puas
.
.
Terima kasih telah berbelanja di toko “istri”. Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari yang indah menyertai Anda.
.
Pesan moral ini bukan cuma Untuk Pria Tapi jg wanita
.
“Puaskanlah dirimu akan Pasangan yg sudah Tuhan berikan
.
Jgn terus mencari yg terbaik, tp jadikanlah yg baik yg sudah Allah sediakan
.
Dan bersyukurlah akan Pasanganmu saat ini krn itulah Pasangan yg terbaik bagi kamu Seumur hidupmu hingga maut Memisahkan
.
Semoga Yang Share Mendapatkan Pasangan Yang Setia Dan Rumah Tang Bahagia

Ilustrator: wagi att

#bukuislam
#busanamuslim
#herbalobat
#geraihambra

Kamis, 11 Februari 2016

πŸŒ“ Apakah Shalat Tahajud Harus Tidur Dulu ?

🌓 Apakah Shalat Tahajud Harus Tidur Dulu ?

Assalamualaikum,

afwan ustad boleh kah sholat tahajud tanpa harus tidur dulu misal nya setelah sholat isyak ?

jawaban :

AL USTADZ KARISMAN HAFIDZAHULLAH

Waalaikumussalam.

Tahajud berasal dari kata at-Tahajjud yang mengandung makna bangun dari tidur di waktu malam (Syarh Shahih al-Bukhari libnil Baththol (3/108)).

Karena itu, istilah tahajud diperuntukkan untuk sholat malam setelah bangun tidur. Ini adalah pendapat dari Alqomah, al-Aswad, dan Ibrahim an-Nakhai (dinukil dan dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya surat al-Isra’ ayat 79).

Sedangkan jika kita melakukan sholat selain sunnah Rowatib setelah sholat Isya', maka secara istilah tidak disebut tahajjud. Tetapi tetap masuk dalam kategori qiyaamul lail (sholat malam). Qiyaamul Lail seyogyanya berjumlah rokaat total ganjil, sehingga disebut sebagai witir.

Sebagian Sahabat Nabi, seperti Abu Hurairah memiliki kebiasaan sholat witir sebelum tidur. Demikian juga bagi orang yg khawatir sulit bangun sebelum Subuh, sebaiknya sholat malam sebelum tidur.

Jika ada pilihan yg sama-sama mudah, sholat qiyamul lail setelah sholat Isya sebelum tidur, atau sebaiknya nanti setelah bangun tidur sebelum Subuh. Yg lebih utama adalah setelah bangun tidur sebelum Subuh.

مَنْ خَافَ أَنْ لَا يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ

Barangsiapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam maka berwitirlah di awal (malam). Barangsiapa yang ingin bangun di akhir malam, maka berwitirlah di akhir malam karena sholat di akhir malam disaksikan (para Malaikat) dan yang demikian lebih utama (H.R Muslim).

Di ambil dari tanya jawab ikhwan bersama ustadz karisman hafidzahullah d grup al-i'tishom

Di sebebar luaskan

Berbagi ilmu syar'i

Baca artikel terkait : http://www.happyislam.com/2016/02/tata-cara-pelaksanaan-shalat-malam.html

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

"Partisipasi"
(Salim A Fillah)

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

Mungkin kau adalah peserta atau juga bahkan adalah pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini, di zaman ini:

“… Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”

Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Alloh atas hidayah yang Alloh berikan sehingga kami memeluk Islam.”

Maka Rosululloh bertanya, “Demi Alloh, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?”

Mereka menjawab, “Demi Alloh, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Alloh membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR. Muslim, dari Mu’awiyah)

Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah

Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para ghuroba’(orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabda Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi Mu’min yang lain.

Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah al-Qur’an dan hafalannya, tentang sholat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya.

Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya.

Ia jadi malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.

Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A.
Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi.
Ada yang bercerita tentang amanah-amanah da’wahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.

Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan menginap agar bisa lebih panjang bercengkerama.
Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka lakukan wisata. Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi kebesaran ciptaan-Nya.
Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.

Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Alloh dalam sebuah kumpulan, agar Alloh mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik.
Mereka baca kitabulloh, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa al-Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.

“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Alloh, mereka membaca kitabulloh, dan mempelaiarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rohmat meliputi majelisnya, Malaikat menaungi mereka, dan Alloh menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim, dari Abu Huroiroh)

Di sana bisa kita jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah.

Tapi Subhanalloh… Ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam medium atmosfer cinta.

Saya tak ragu lagi menyebut forum yang terkenal dengan kata liqo’at (pertemuan) ini, sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.

Bahkan ketika suatu waktu Anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di Masjid Kampus, Musholla Sekolah, rumah seorang Ustadz atau markaz da’wah, lalu Anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin karena iseng saja, Anda takkan pernah kecewa. Percayalah, Anda tak akan pernah kecewa.

Seorang malaikat berkata, “Robbi, di majelis itu ada orang yang bukan dari golongan mereka, hanya bertepatan ada keperluan maka datang ke majelis itu.” Alloh berfirman, “Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapa pun yang duduk membersamainya!” (Muttafaq ‘Alaih, dari Abu Huroiroh)

Maka demi Alloh, apa yang Anda tunggu?

Perkenalkan diri Anda pada mereka sejelas-jela
snya.

Katakan, Anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka.

Kalau majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu pasti akan mencarikan sebuah majelis lain yang indah untuk Anda.

Kalau di sekolah Anda dan di kampus Anda ada kegiatan bernama Mentoring, Asistensi Agama Islam atau nama lainnya, barangkali itu pintu lain bagi Anda memasuki Getar Cahaya di Atmosfer Cinta ini.

Setelah itu, bisa jadi Alloh akan menguji Anda. mungkin dengan perasaan Anda bahwa majelis ini tidak seperti yang Anda harapkan. Maka bersabarlah.

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasyroh [94]: 5-6)

***
Beberapa teman  mengeluh mendapati beberapa saudaranya telah berubah ketika pindah ke lain kota.

Ada gambaran, betapa sulitnya menjaga istiqomah ketika jauh dari lingkungan iman semula.

Apa yang diceritakan Hanzholah ibn ar-Robi’, bisa menjadi ‘ibroh bahwa pertemuan sesaat demi sesaat dalam majelis ini adalah sarana penjaga konsistensi dan sikap istiqomah -yang kadang-kadang tanpa perlu kita sadari-.

Ketika Abu Bakr berkunjung dan menanyakan kabarnya, Hanzholah pun menjawab, “Hanzholah telah menjadi munafiq!”.

Terperanjat Abu Bakr, lalu ia berkata, “Subhanalloh, apa yang engkau ucapkan?”
Kata Hanzholah, “Kita sering bersama Rosululloh, beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala.
Namun ketika kita keluar dari sisi Rosululloh, bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, kita pun banyak melupakannya.”

“Demi Alloh! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini!”, sahut Abu Bakr membenarkan.

Tak ada curhat yang lebih indah daripada curhat para sahabat. Ya, mereka pun kembali pada Murobbi-nya, Rosululloh Mushthofa.

Dan beliau pun menenteramkan hati para binaannya.

“… Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzholah! Sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah. Sesaat demi sesaat!”(HR. Muslim dalam Shohihnya, dari Hanzholah)

Akal sehat para peserta liqo’at menuntun mereka untuk menghayati bahwa majelis ini adalah bagian paling asasi dari hidup mereka.

Ada waktu yang harus diprioritaskan untuknya lebih dari segala aktivitas lainnya.

Kaidahnya jelas: kalau ia tak bersama mereka, ia takkan bersama siapa-siapa; kalau mereka tak bersama dengannya, mereka pasti bersama dengan orang selain dia.

Kadang kita tak merasakan nikmatnya majelis kebersamaan ini.

Padahal, orang lain akan melihat kita berubah dan semakin buruk saat kita berhenti menghadirinya untuk suatu waktu yang cukup lama.

Memang, ia hanya sepekan sekali.

Tetapi bagaimanapun kita tahu, majelis ini adalah majelis ‘ilmu dan dzikir yang tak berhenti sampai tutup usia.

Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka.

Tentu. Untuk berpartisipasi bagi ummat dalam jangkauannya, mendistribusikan kesholihan yang terasa manis direguknya

#back to melingkar

Sabtu, 30 Januari 2016

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

"Partisipasi"
(Salim A Fillah)

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

Mungkin kau adalah peserta atau juga bahkan adalah pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini, di zaman ini:

“… Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”

Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Alloh atas hidayah yang Alloh berikan sehingga kami memeluk Islam.”

Maka Rosululloh bertanya, “Demi Alloh, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?”

Mereka menjawab, “Demi Alloh, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Alloh membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR. Muslim, dari Mu’awiyah)

Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah

Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para ghuroba’(orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabda Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi Mu’min yang lain.

Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah al-Qur’an dan hafalannya, tentang sholat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya.

Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya.

Ia jadi malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.

Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A.
Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi.
Ada yang bercerita tentang amanah-amanah da’wahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.

Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan menginap agar bisa lebih panjang bercengkerama.
Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka lakukan wisata. Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi kebesaran ciptaan-Nya.
Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.

Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Alloh dalam sebuah kumpulan, agar Alloh mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik.
Mereka baca kitabulloh, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa al-Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.

“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Alloh, mereka membaca kitabulloh, dan mempelaiarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rohmat meliputi majelisnya, Malaikat menaungi mereka, dan Alloh menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim, dari Abu Huroiroh)

Di sana bisa kita jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah.

Tapi Subhanalloh… Ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam medium atmosfer cinta.

Saya tak ragu lagi menyebut forum yang terkenal dengan kata liqo’at (pertemuan) ini, sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.

Bahkan ketika suatu waktu Anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di Masjid Kampus, Musholla Sekolah, rumah seorang Ustadz atau markaz da’wah, lalu Anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin karena iseng saja, Anda takkan pernah kecewa. Percayalah, Anda tak akan pernah kecewa.

Seorang malaikat berkata, “Robbi, di majelis itu ada orang yang bukan dari golongan mereka, hanya bertepatan ada keperluan maka datang ke majelis itu.” Alloh berfirman, “Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapa pun yang duduk membersamainya!” (Muttafaq ‘Alaih, dari Abu Huroiroh)

Maka demi Alloh, apa yang Anda tunggu?

Perkenalkan diri Anda pada mereka sejelas-jela
snya.

Katakan, Anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka.

Kalau majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu pasti akan mencarikan sebuah majelis lain yang indah untuk Anda.

Kalau di sekolah Anda dan di kampus Anda ada kegiatan bernama Mentoring, Asistensi Agama Islam atau nama lainnya, barangkali itu pintu lain bagi Anda memasuki Getar Cahaya di Atmosfer Cinta ini.

Setelah itu, bisa jadi Alloh akan menguji Anda. mungkin dengan perasaan Anda bahwa majelis ini tidak seperti yang Anda harapkan. Maka bersabarlah.

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasyroh [94]: 5-6)

***
Beberapa teman  mengeluh mendapati beberapa saudaranya telah berubah ketika pindah ke lain kota.

Ada gambaran, betapa sulitnya menjaga istiqomah ketika jauh dari lingkungan iman semula.

Apa yang diceritakan Hanzholah ibn ar-Robi’, bisa menjadi ‘ibroh bahwa pertemuan sesaat demi sesaat dalam majelis ini adalah sarana penjaga konsistensi dan sikap istiqomah -yang kadang-kadang tanpa perlu kita sadari-.

Ketika Abu Bakr berkunjung dan menanyakan kabarnya, Hanzholah pun menjawab, “Hanzholah telah menjadi munafiq!”.

Terperanjat Abu Bakr, lalu ia berkata, “Subhanalloh, apa yang engkau ucapkan?”
Kata Hanzholah, “Kita sering bersama Rosululloh, beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala.
Namun ketika kita keluar dari sisi Rosululloh, bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, kita pun banyak melupakannya.”

“Demi Alloh! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini!”, sahut Abu Bakr membenarkan.

Tak ada curhat yang lebih indah daripada curhat para sahabat. Ya, mereka pun kembali pada Murobbi-nya, Rosululloh Mushthofa.

Dan beliau pun menenteramkan hati para binaannya.

“… Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzholah! Sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah. Sesaat demi sesaat!”(HR. Muslim dalam Shohihnya, dari Hanzholah)

Akal sehat para peserta liqo’at menuntun mereka untuk menghayati bahwa majelis ini adalah bagian paling asasi dari hidup mereka.

Ada waktu yang harus diprioritaskan untuknya lebih dari segala aktivitas lainnya.

Kaidahnya jelas: kalau ia tak bersama mereka, ia takkan bersama siapa-siapa; kalau mereka tak bersama dengannya, mereka pasti bersama dengan orang selain dia.

Kadang kita tak merasakan nikmatnya majelis kebersamaan ini.

Padahal, orang lain akan melihat kita berubah dan semakin buruk saat kita berhenti menghadirinya untuk suatu waktu yang cukup lama.

Memang, ia hanya sepekan sekali.

Tetapi bagaimanapun kita tahu, majelis ini adalah majelis ‘ilmu dan dzikir yang tak berhenti sampai tutup usia.

Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka.

Tentu. Untuk berpartisipasi bagi ummat dalam jangkauannya, mendistribusikan kesholihan yang terasa manis direguknya

#back to melingkar

MELURUSKAN PENDAPAT DRS. AHMAD SUKINA (MTA) TENTANG SALAT JUMAT

MELURUSKAN PENDAPAT DRS. AHMAD SUKINA (MTA) TENTANG SALAT JUMAT
Dikutip dari Kajian Islam Hari Selasa oleh Ibnu Sholeh MA, MPI
Ditulis oleh Argo Ganda Gumilar A.md, AK
Selasa (26/1), Drs. Ahmad Sukina merupakan pimpinan Majelis Tafsir Al-Qur’an yang bertempat di Surakarta. Beberapa waktu lalu di penghujung tahun 2014, beliau mengeluarkan beberapa fatwanya bahwa laki-laki boleh melaksankan salat Jumat sendirian ( https://youtube.com/watch?v=UFkUIFdAXo ) dan wajib bagi wanita untuk melaksanakan salat Jumat ( https://youtube.com/watch?v=B5eBDHHMAzw ). Pendapat yang dikeluarkan oleh Drs. Ahmad Sukina bertentangan dengan pendapat jumhur ulama. Kita tahu ulama ahlussunnah wal jamaah bersepakat dengan landasan hadist shahih bahwa salat Jumat bagi laki-laki adalah wajib dan dilakukan berjamaah, sedangkan untuk kaum wanita salat Jumat merupakan hal yang tidak diwajibkan.
Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-Jum’uah ayat 9: “Hai, orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. Bagi orang-orang inkarussunnah, Orang-orang beriman disini diartikan seluruh orang beriman baik laki-laki maupun perempuan. Makna sebenarnya dari orang-orang beriman tersebut adalah laki-laki yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mukallaf untuk melaksanakan salat Jumat, karena dalam konteks ini terdapat dalil yang mengkhususkan dan memerinci terhadap permasalahan tersebut, sehingga haruslah didudukkan sesuai dalil-dalil yang mengaturnya. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menjelaskan tentang siapa saja yang tidak wajib melaksanakan salat Jumat: “Salat Jumat wajib dilakukan setiap muslim secara berjamaah, kecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, wanita, anak kecil, dan orang yang sakit” (H.R Abu Dawud). Dari Al-Qur’an Surah Al-Jumuah ayat 9 dan hadist tersebut jelas bahwa hukum salat Jumat wajib dilaksanakan secara berjamaah dengan syarat mukallaf atau berakal sehat, laki-laki, bermukim atau tidak dalam bepergian, merdeka atau bukan budak.
Berapakah jumlah jamaah salat Jumat? Sebagian ulama menyaratkan harus minimal 40 jamaah agar bisa dinyatakan sah. Sebagian ulama lain menyatakan dengan jumlah tertentu, seperti 2, 3, 4, 12, dan Imam Ahmad sendiri menyaratkan 50 orang sebagaimana disebutkan dalam Al Mughni.
1. Menurut Mahzab Hanafiah, jika telah hadir satu jamaah selain imam, maka sudah terhitung sebagai jamaah salat Jumat. Karena demikianlah minimalnya jamak. Dalil yang digunakan adalah seruan jamak dalam Q.S Al-Jumu’ah ayat 9: “...maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli...”. Seruan dalam ayat ini dengan panggilan jamak dan minimal jamak adalah dua orang.
2. Menurut Mahzab Malikiyah, jamaah salat Jumat berjumlah 12 orang dari orang-orang yang diharuskan menghadirinya dengan dalil dari Jabir r.a: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah pada hari Jumat, lalu datanglah rombongan dari Syam, lalu orang-orang pergi menemuinya sehingga tidak tersisa kecuali dua belas orang” (H.R Muslim: 863).
3. Menurut Mahzab Syafi’iyah dan Hambali, syarat jamaah salat Jumat adalah 40 orang dari yang diwajibkan menghadiri salat Jumat dengan dalil dari Ka’ab bin Malik r.a: “As’ad bin Zararah adalah orang pertama yang mengadakan salat Jumat bagi kami di daerah Hazmi An Nabit dari harrah Bani Bayadhah di daerah Naqi’ yang terkenal dengan Naqi’ Al Khadhamat. Saya bertanya kepadanya, “Waktu itu ada berapa orang”. Dia menjawab, “Empat puluh” (H.R Abu Daud: 1069 dan Ibnu Majah: 1082. Syaikh Albani menyatakan bahwa hadist ini hasan). Begitu pula ditarik dari hadist Jabir r.a: Telah berlalu sunnah (ajaran Rasul) bahwa setiap empat puluh orang ke atas diwajibkan salat Jumat (H.R Al Baihaqi dalam Al Kubro 3: 177). Hadist ini dho’if atau lemah sebagaimana di dho’ifkan oleh Syaikh Albani dalam Irwanul Gholil 603. Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Talkhish Habir 2: 567 berkata bahwa di dalamnya terdapat Abdul Aziz dimana Imam Ahmad berkata bahwa hadistnya dibuang karena ia adalah perowi dusta dan pemalsu hadist, menurut An Nasai ia tidak tsiqoh, menurut Ad Daruquthni ia adalah munkarul hadist. Sedangkan, untuk hadist dari Ka’ab bin Malik di atas hanya menjelaskan keadaan dan tidak menunjukkan jumlah jamaah yang harus disyaratkan. Adapun hadist dalam Mahzab Malikiyah tentang 12 jamaah, maka hadist ini tidak dapat dijadikan dalil karena terjadi tanpa sengaja dan juga terdapat kemungkinan sebagiannya kembali ke masjid setelah menemui tamu dari Syam tersebut. Adapun pendapat Imam Ahmad yang menyatakan 50 orang, namun hadistnya lemah sehingga tidak dijadikan pendukung, berikut adalah hadistnya. Dari Abu Umamah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diwajibkan Jumat pada lima puluh orang dan tidak diwajibkan jika kurang dari itu” (H.R Ad Daruquthni dalam sunannya 2: 111 Hadistnya lemah, di sanadnya terdapat Ja’far bin Az Zubair, seorang matruk). Begitu juga hadist dari Abu Salamah, ia bertanya kepada Abu Hurairah, “Berapa jumlah orang yang diwajibkan salat Jumat jamaah? Abu Hurairah menjawab, “Ketika sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumlah lima puluh, Rasulullah mengadakan salat Jumat” (Disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al Mughni 2: 171). Al Baihaqi berkata, “Telah diriwayatkan dalam permasalahan ini hadist tentang jumlah lima puluh, namun isnadnya tidak shahih” (Sunan Al Kubra 3: 255).
Setelah kita mencermati kumpulan hadist di atas tentang jumlah jamaah dalam salat jumat, di dapat kesimpulan menurut hadist yang shahih, jamaah salat jumat tidak berbeda dengan jamaah salat lainnya. Ada ulama yang mengatakan dua, namun mayoritas ulama mengatakan minimal jamak adalah tiga (Lihat catatan kaki Syarh ‘Umdatul Fiqh 1: 396). Artinya sah dilakukan oleh dua orang atau lebih karena sudah termasuk jamak. Asy Syaukani rahimahulullah berkata, “salat Jumat adalah seperti salat jamaah lainnya, yang membedakannya adalah adanya khutbah sebelumnya. Selain itu, tidak ada dalil yang menyatakan bahwa salat Jumat berbeda”. Perkataan ini adalah sanggahan untuk pendapat yang menyatakan bahwa salat Jumat disyaratkan dihadiri imam besar (dilakukan di negeri yang memiliki masjid jami’) dan dihadiri oleh jamaah tertentu. Dalam Ad Daroril Mudhiyyah Syarh Ad Darorul Bahiyyah 163 menyebutkan bahkan jika ada dua orang melakukan salat Jumat di suatu tempat yang tidak ada jamaah lainnya, maka mereka telah memenuhi kewajiban.

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

"Partisipasi"
(Salim A Fillah)

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

Mungkin kau adalah peserta atau juga bahkan adalah pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini, di zaman ini:

“… Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”

Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Alloh atas hidayah yang Alloh berikan sehingga kami memeluk Islam.”

Maka Rosululloh bertanya, “Demi Alloh, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?”

Mereka menjawab, “Demi Alloh, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Alloh membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR. Muslim, dari Mu’awiyah)

Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah

Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para ghuroba’(orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabda Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi Mu’min yang lain.

Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah al-Qur’an dan hafalannya, tentang sholat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya.

Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya.

Ia jadi malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.

Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A.
Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi.
Ada yang bercerita tentang amanah-amanah da’wahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.

Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan menginap agar bisa lebih panjang bercengkerama.
Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka lakukan wisata. Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi kebesaran ciptaan-Nya.
Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.

Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Alloh dalam sebuah kumpulan, agar Alloh mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik.
Mereka baca kitabulloh, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa al-Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.

“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Alloh, mereka membaca kitabulloh, dan mempelaiarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rohmat meliputi majelisnya, Malaikat menaungi mereka, dan Alloh menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim, dari Abu Huroiroh)

Di sana bisa kita jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah.

Tapi Subhanalloh… Ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam medium atmosfer cinta.

Saya tak ragu lagi menyebut forum yang terkenal dengan kata liqo’at (pertemuan) ini, sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.

Bahkan ketika suatu waktu Anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di Masjid Kampus, Musholla Sekolah, rumah seorang Ustadz atau markaz da’wah, lalu Anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin karena iseng saja, Anda takkan pernah kecewa. Percayalah, Anda tak akan pernah kecewa.

Seorang malaikat berkata, “Robbi, di majelis itu ada orang yang bukan dari golongan mereka, hanya bertepatan ada keperluan maka datang ke majelis itu.” Alloh berfirman, “Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapa pun yang duduk membersamainya!” (Muttafaq ‘Alaih, dari Abu Huroiroh)

Maka demi Alloh, apa yang Anda tunggu?

Perkenalkan diri Anda pada mereka sejelas-jela
snya.

Katakan, Anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka.

Kalau majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu pasti akan mencarikan sebuah majelis lain yang indah untuk Anda.

Kalau di sekolah Anda dan di kampus Anda ada kegiatan bernama Mentoring, Asistensi Agama Islam atau nama lainnya, barangkali itu pintu lain bagi Anda memasuki Getar Cahaya di Atmosfer Cinta ini.

Setelah itu, bisa jadi Alloh akan menguji Anda. mungkin dengan perasaan Anda bahwa majelis ini tidak seperti yang Anda harapkan. Maka bersabarlah.

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasyroh [94]: 5-6)

***
Beberapa teman  mengeluh mendapati beberapa saudaranya telah berubah ketika pindah ke lain kota.

Ada gambaran, betapa sulitnya menjaga istiqomah ketika jauh dari lingkungan iman semula.

Apa yang diceritakan Hanzholah ibn ar-Robi’, bisa menjadi ‘ibroh bahwa pertemuan sesaat demi sesaat dalam majelis ini adalah sarana penjaga konsistensi dan sikap istiqomah -yang kadang-kadang tanpa perlu kita sadari-.

Ketika Abu Bakr berkunjung dan menanyakan kabarnya, Hanzholah pun menjawab, “Hanzholah telah menjadi munafiq!”.

Terperanjat Abu Bakr, lalu ia berkata, “Subhanalloh, apa yang engkau ucapkan?”
Kata Hanzholah, “Kita sering bersama Rosululloh, beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala.
Namun ketika kita keluar dari sisi Rosululloh, bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, kita pun banyak melupakannya.”

“Demi Alloh! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini!”, sahut Abu Bakr membenarkan.

Tak ada curhat yang lebih indah daripada curhat para sahabat. Ya, mereka pun kembali pada Murobbi-nya, Rosululloh Mushthofa.

Dan beliau pun menenteramkan hati para binaannya.

“… Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzholah! Sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah. Sesaat demi sesaat!”(HR. Muslim dalam Shohihnya, dari Hanzholah)

Akal sehat para peserta liqo’at menuntun mereka untuk menghayati bahwa majelis ini adalah bagian paling asasi dari hidup mereka.

Ada waktu yang harus diprioritaskan untuknya lebih dari segala aktivitas lainnya.

Kaidahnya jelas: kalau ia tak bersama mereka, ia takkan bersama siapa-siapa; kalau mereka tak bersama dengannya, mereka pasti bersama dengan orang selain dia.

Kadang kita tak merasakan nikmatnya majelis kebersamaan ini.

Padahal, orang lain akan melihat kita berubah dan semakin buruk saat kita berhenti menghadirinya untuk suatu waktu yang cukup lama.

Memang, ia hanya sepekan sekali.

Tetapi bagaimanapun kita tahu, majelis ini adalah majelis ‘ilmu dan dzikir yang tak berhenti sampai tutup usia.

Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka.

Tentu. Untuk berpartisipasi bagi ummat dalam jangkauannya, mendistribusikan kesholihan yang terasa manis direguknya

#back to melingkar

Selasa, 26 Januari 2016

MELURUSKAN PENDAPAT DRS. AHMAD SUKINA (MTA) TENTANG SALAT JUMAT

MELURUSKAN PENDAPAT DRS. AHMAD SUKINA (MTA) TENTANG SALAT JUMAT
Dikutip dari Kajian Islam Hari Selasa oleh Ibnu Sholeh MA, MPI
Ditulis oleh Argo Ganda Gumilar A.md, AK
Selasa (26/1), Drs. Ahmad Sukina merupakan pimpinan Majelis Tafsir Al-Qur’an yang bertempat di Surakarta. Beberapa waktu lalu di penghujung tahun 2014, beliau mengeluarkan beberapa fatwanya bahwa laki-laki boleh melaksankan salat Jumat sendirian ( https://youtube.com/watch?v=UFkUIFdAXo ) dan wajib bagi wanita untuk melaksanakan salat Jumat ( https://youtube.com/watch?v=B5eBDHHMAzw ). Pendapat yang dikeluarkan oleh Drs. Ahmad Sukina bertentangan dengan pendapat jumhur ulama. Kita tahu ulama ahlussunnah wal jamaah bersepakat dengan landasan hadist shahih bahwa salat Jumat bagi laki-laki adalah wajib dan dilakukan berjamaah, sedangkan untuk kaum wanita salat Jumat merupakan hal yang tidak diwajibkan.
Firman Allah swt. dalam Al-Qur’an Surah Al-Jum’uah ayat 9: “Hai, orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. Bagi orang-orang inkarussunnah, Orang-orang beriman disini diartikan seluruh orang beriman baik laki-laki maupun perempuan. Makna sebenarnya dari orang-orang beriman tersebut adalah laki-laki yang telah memenuhi syarat-syarat sebagai mukallaf untuk melaksanakan salat Jumat, karena dalam konteks ini terdapat dalil yang mengkhususkan dan memerinci terhadap permasalahan tersebut, sehingga haruslah didudukkan sesuai dalil-dalil yang mengaturnya. Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menjelaskan tentang siapa saja yang tidak wajib melaksanakan salat Jumat: “Salat Jumat wajib dilakukan setiap muslim secara berjamaah, kecuali empat golongan, yaitu hamba sahaya, wanita, anak kecil, dan orang yang sakit” (H.R Abu Dawud). Dari Al-Qur’an Surah Al-Jumuah ayat 9 dan hadist tersebut jelas bahwa hukum salat Jumat wajib dilaksanakan secara berjamaah dengan syarat mukallaf atau berakal sehat, laki-laki, bermukim atau tidak dalam bepergian, merdeka atau bukan budak.
Berapakah jumlah jamaah salat Jumat? Sebagian ulama menyaratkan harus minimal 40 jamaah agar bisa dinyatakan sah. Sebagian ulama lain menyatakan dengan jumlah tertentu, seperti 2, 3, 4, 12, dan Imam Ahmad sendiri menyaratkan 50 orang sebagaimana disebutkan dalam Al Mughni.
1. Menurut Mahzab Hanafiah, jika telah hadir satu jamaah selain imam, maka sudah terhitung sebagai jamaah salat Jumat. Karena demikianlah minimalnya jamak. Dalil yang digunakan adalah seruan jamak dalam Q.S Al-Jumu’ah ayat 9: “...maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkan jual beli...”. Seruan dalam ayat ini dengan panggilan jamak dan minimal jamak adalah dua orang.
2. Menurut Mahzab Malikiyah, jamaah salat Jumat berjumlah 12 orang dari orang-orang yang diharuskan menghadirinya dengan dalil dari Jabir r.a: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah pada hari Jumat, lalu datanglah rombongan dari Syam, lalu orang-orang pergi menemuinya sehingga tidak tersisa kecuali dua belas orang” (H.R Muslim: 863).
3. Menurut Mahzab Syafi’iyah dan Hambali, syarat jamaah salat Jumat adalah 40 orang dari yang diwajibkan menghadiri salat Jumat dengan dalil dari Ka’ab bin Malik r.a: “As’ad bin Zararah adalah orang pertama yang mengadakan salat Jumat bagi kami di daerah Hazmi An Nabit dari harrah Bani Bayadhah di daerah Naqi’ yang terkenal dengan Naqi’ Al Khadhamat. Saya bertanya kepadanya, “Waktu itu ada berapa orang”. Dia menjawab, “Empat puluh” (H.R Abu Daud: 1069 dan Ibnu Majah: 1082. Syaikh Albani menyatakan bahwa hadist ini hasan). Begitu pula ditarik dari hadist Jabir r.a: Telah berlalu sunnah (ajaran Rasul) bahwa setiap empat puluh orang ke atas diwajibkan salat Jumat (H.R Al Baihaqi dalam Al Kubro 3: 177). Hadist ini dho’if atau lemah sebagaimana di dho’ifkan oleh Syaikh Albani dalam Irwanul Gholil 603. Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Talkhish Habir 2: 567 berkata bahwa di dalamnya terdapat Abdul Aziz dimana Imam Ahmad berkata bahwa hadistnya dibuang karena ia adalah perowi dusta dan pemalsu hadist, menurut An Nasai ia tidak tsiqoh, menurut Ad Daruquthni ia adalah munkarul hadist. Sedangkan, untuk hadist dari Ka’ab bin Malik di atas hanya menjelaskan keadaan dan tidak menunjukkan jumlah jamaah yang harus disyaratkan. Adapun hadist dalam Mahzab Malikiyah tentang 12 jamaah, maka hadist ini tidak dapat dijadikan dalil karena terjadi tanpa sengaja dan juga terdapat kemungkinan sebagiannya kembali ke masjid setelah menemui tamu dari Syam tersebut. Adapun pendapat Imam Ahmad yang menyatakan 50 orang, namun hadistnya lemah sehingga tidak dijadikan pendukung, berikut adalah hadistnya. Dari Abu Umamah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diwajibkan Jumat pada lima puluh orang dan tidak diwajibkan jika kurang dari itu” (H.R Ad Daruquthni dalam sunannya 2: 111 Hadistnya lemah, di sanadnya terdapat Ja’far bin Az Zubair, seorang matruk). Begitu juga hadist dari Abu Salamah, ia bertanya kepada Abu Hurairah, “Berapa jumlah orang yang diwajibkan salat Jumat jamaah? Abu Hurairah menjawab, “Ketika sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumlah lima puluh, Rasulullah mengadakan salat Jumat” (Disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam Al Mughni 2: 171). Al Baihaqi berkata, “Telah diriwayatkan dalam permasalahan ini hadist tentang jumlah lima puluh, namun isnadnya tidak shahih” (Sunan Al Kubra 3: 255).
Setelah kita mencermati kumpulan hadist di atas tentang jumlah jamaah dalam salat jumat, di dapat kesimpulan menurut hadist yang shahih, jamaah salat jumat tidak berbeda dengan jamaah salat lainnya. Ada ulama yang mengatakan dua, namun mayoritas ulama mengatakan minimal jamak adalah tiga (Lihat catatan kaki Syarh ‘Umdatul Fiqh 1: 396). Artinya sah dilakukan oleh dua orang atau lebih karena sudah termasuk jamak. Asy Syaukani rahimahulullah berkata, “salat Jumat adalah seperti salat jamaah lainnya, yang membedakannya adalah adanya khutbah sebelumnya. Selain itu, tidak ada dalil yang menyatakan bahwa salat Jumat berbeda”. Perkataan ini adalah sanggahan untuk pendapat yang menyatakan bahwa salat Jumat disyaratkan dihadiri imam besar (dilakukan di negeri yang memiliki masjid jami’) dan dihadiri oleh jamaah tertentu. Dalam Ad Daroril Mudhiyyah Syarh Ad Darorul Bahiyyah 163 menyebutkan bahkan jika ada dua orang melakukan salat Jumat di suatu tempat yang tidak ada jamaah lainnya, maka mereka telah memenuhi kewajiban.

Minggu, 24 Januari 2016

Motivasi kelas tinggi 12

Motivasi kelas tinggi 12
═════════════════════════
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS 11:6)
═════════════════════════
"Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat untuk seorang hamba dalam hidupnya dan bekalnya (menghadapi alam akhirat) daripada tadabbur Alquran." (Ibnu al-Qayyim)

═════════════════════════
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (QS 11:6)
[
═════════════════════════
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), ... (QS. al Hadid: 16)
═════════════════════════
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(QS.16:102)
═════════════════════════
"Jadilah kalian sumber mata air ilmu, cahaya petunjuk, yang menetap di rumah-rumah, pelita di waktu malam yang hatinya selalu baru, dan jadilah kalian orang-orang yang dikenal penduduk langit tetapi tersembunyi dari penduduk bumi" (ibnu masud)
═════════════════════════
"Bila kamu mampu menjadi orang tidak dikenal maka lakukanlah, sebab apa kerugianmu bila tidak dikenal? Apa kerugianmu bila tidak dipuji? Dan apa kerugianmu bila kamu menjadi orang yang tercela di hadapan manusia, tetapi terpuji di hadapan Allah" (Fudhail bin Iyadh
═════════════════════════
"Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya. (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ibnu Hibban, Ibnu Abi Aufa)
═════════════════════════
📚 "Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu sholat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya; "Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia." (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim: 469)
═════════════════════════
📚 "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang -orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan." (HR. Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra' bin 'Azib)
═════════════════════════
📚 "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa; 'Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.'" (HR. Imam Ibnu Hibban dari Abdullah bin Umar)
═════════════════════════
📚 "Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu sholat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya; "Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia." (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim: 469)
═════════════════════════
"Jadilah kalian sumber mata air ilmu, cahaya petunjuk, yang menetap di rumah-rumah, pelita di waktu malam yang hatinya selalu baru, dan jadilah kalian orang-orang yang dikenal penduduk langit tetapi tersembunyi dari penduduk bumi" (ibnu masud)
═════════════════════════
📚 "Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat daripada akhlak yang mulia, dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat." (HR. At Thirmidzi)
═════════════════════════
"Banyak Yang Berjuang Dijalan ALLAH Dan Rasulullah, Akan Tetapi Yang Paling Dicintai ALLAH Adalah Yang Paling Tulus."{Buya Yahya}.
═════════════════════════
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya"
(HR. Abu Dawud, shahih)
═════════════════════════
“Kekayaan itu bukanlah lantaran banyak harta bendanya, akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kebahagiaan jiwa.” (HR al-Bukhari).ya
═════════════════════════
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)” (QS al-Takâtsur [102]: 1-3)
═════════════════════════
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (QS. Fushshilat:53)
═════════════════════════
● Jika bersama dakwah saja engkau serapuh itu, sekuat apa jika engkau seorang diri? [Alm. Ust. Rahmat Abdullah]
═════════════════════════
📚 Abu Umamah Al Bahily r.a. berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: Bacalah Al-Qur'an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa'at kepada orang yang membacanya" (HR. Muslim)
═════════════════════════
🍃"Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya (merendahkan sayapnya untuk memberikan perlindungan) bagi penuntut ilmu karena ridho dengan apa yang dilakukannya" (HR.imam ahmad, al musnad (4/239);al-Tirmidzi, as-sunan (2682)).
═════════════════════════
"Orang yang tidak punya teman adalah orang yang malang. Tetapi orang yang paling malang adalah orang yang tidak bisa mempertahankan sahabatnya." (Ali bin Abi Thalib ra)
═════════════════════════
"Jangan bertanya tentang sesuatu yang belum terjadi, karena yang telah terjadi saja menyibukkan kita dari sesuatu yang belum terjadi" (Umar bin Khattab)
═════════════════════════
"Aku tertawa (heran) kepada orang yang mengejar-ngejar dunia padahal kematian terus mengincarnya, dan kepada orang yang melalaikan kematian padahal maut tak pernah lalai terhadapnya, dan kepada orang yang tertawa lebar sepenuh mulutnya padahal tidak tahu apakah Tuhannya ridha atau murka terhadapnya" (Salman al-Farisi)

Selasa, 19 Januari 2016

PANTAS MEREKA TAKUT

ust Budi Ashari 

PANTAS MEREKA TAKUT

Anak-anak muda yang membahayakan. Para teroris hadir. Sel-sel baru bermunculan. Pengajian-pengajian sumbernya. Masjid pusatnya. Terutama masjid sekolah-sekolah dan kampus. Kumpulan mereka perlu diwaspadai dan diawasi.

Lihatlah pola yang menggiring secara bertahap tapi pasti.Hasilnya sangat terlihat. Para orangtua banyak yang khawatir begitu melihat anaknya berubah menjadi baik. Seorang ibu ketakutan saat melihat anaknya liburan dari pesantrennya, karena melihat pakaian putrinya itu sangat rapi menutup aurat sesuai syariat Islam. “Apa anak saya sudah kerasukan pemikiran radikal?”

Efek buruk dan jahat ini merasuki otak dan hati para orangtua tanpa disadari. Dan anehnya, para orangtua lebih nyaman melihat anaknya bergaul tanpa batas. Itulah yang dianggap wajar. Mereka senang melihat anaknya menghabiskan waktu untuk melamun, karena dianggapnya sedang puber. Aneh...

Dan akhirnya para orangtua tanpa disadari memberi ‘wejangan’, “Hati-hati kalau ngaji di masjid.” Anak-anak muda yang rumit memilah jenis pengajian, akhirnya memutuskan untuk duduk-duduk di kafe, nongkrong di jalanan, bahkan tempat-tempat dosa. Dan mereka pun jauh dari masjid.

Luar biasa bukan...rencana jahat menjauhkan generasi muda dari masjid. Karena mereka sadar, tapi kita tidak sadar. Mereka tahu, tapi kita tidak tahu. Mereka membaca sejarahnya, kita tidak. Bahwa kebangkitan Islam itu berawal dari kebangkitan anak-anak mudanya.

Dengarkan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat menjelaskan tentang kata: Fityah (pemuda), dalam Surat Al Kahfi,

“...Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan Rasul Nya shallallahu alaihi wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.”

Untuk lebih menjelaskan kalimat tersebut, mari kita baca tulisan DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Dosen Universitas Al Azhar Mesir. Beliau menuliskan data usia mereka yang masuk Islam di masa dakwah rahasia Nabi (sepanjang 3 tahun), dalam buku beliau Khawatir wa taammulat fis sirotin nabawiyyah, h. 125-129. Beliau mengambilnya dari dari Majalah Al Wa’yu Al Islamy, Edisi 77. Perlu diingat di awal, jika ada perbedaan tentang usia dalam buku-buku siroh adalah merupakan hal yang wajar. Di sini dinukilkan apa adanya dari buku tersebut:

1. Ali bin Abi Thalib 8 tahun
2. Zubair bin Awwam 8 tahun
3. Thalhah bin Ubaidillah 12 tahun
4. Arqam bin Abil Arqam 12 tahun
5. Abdullah bin Mas’ud Menjelang 15 tahun
6. Said bin Zaid Belum 20 tahun
7. Saad bin Abi Waqqash 17 tahun
8. Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun
9. Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun
10. Shuhaib Ar Rumi belum 20 tahun
11. Zaid binHaritsah menjelang 20 tahun
12. Utsman bin Affan sekitar 20 tahun
13. Thulaib bin Umair sekitar 20 tahun
14. Khabbab bin Art sekitar 20 tahun
15. Amir bin Fuhairoh 23 tahun
16. Mush’ab bin Umair 24 tahun
17. Miqdad bin Aswad 24 tahun
18. Abdullah bin Jahsy 25 tahun
19. Umar bin Khattab 26 tahun
20. Abu Ubaidah bin Jarrah 27 tahun
21. Utbah bin Ghazwan 27 tahun
22. Abu Hudzaifah bin Utbah sekitar 30 tahun
23. Bilal bin Rabah sekitar 30 tahun
24. Khalid bin Said sekitar 30 tahun
25. Amr bin Said sekitar 30 tahun
26. Ayyasy bin Abi Rabi’ah sekitar 30 tahun
27. Amir bin Rabi’ah sekitar 30 tahun
28. Nu’aim bin Abdillah sekitar 30 tahun
29. Utsman bin Madz’un sekitar 30 tahun
30. Abdullah bin Madz’un 17 tahun
31. Qudama bin Madz’un 19 tahun
32. Saib bin Madz’un sekitar 10 tahun
33. Abu Salamah bin Abdul Asad sekitar 30 tahun
34. Abdurahman bin Auf sekitar 30 tahun
35. Ammar bin Yasir antara 30-40 tahun
36. Abu Bakar 37 tahun
37. Hamzah bin Abdul Muthalib 42 tahun
38. Ubaidah bin Harits 50 tahun
39. Amir bin Abi Waqqash masuk Islam setelah urutan orang ke-10
40. As Sail bin Utsman syahid di perang Yamamah (11 H) umurnya masih 30 tahun

Dan ini kalimat DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh,

Walau Quraisy terus menerus melakukan teror dan intimidasi terhadap orang-orang lemah..tetapi anak-anak muda itu justru mengumumkan keislaman mereka, dengan konsekuensi yang sedang menanti mereka berupa kesulitan hidup...dan terkadang harus mati!

Deretan angka-angka di atas menunjukkan kebenaran kalimat Ibnu Katsir bahwa kebesaran Islam ini lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda.

Sebenarnya, skenario menjauhkan cara pandang yang benar terhadap generasi muda bukan hanya dilakukan sekarang dengan pola seperti ini. Berbagai cara dan pola telah lama mereka laksanakan.Mereka menyusupkan dengan perlahan tapi pasti berbagai teori racun. Targetnya jelas: menjauhkan anak-anak muda dari kebaikan mereka dan masjid mereka.

Seperti berbagai penelitian yang menyampaikan bahwa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, kenakalan. Pelajaran ini benar-benar tertanam pada orangtua. Sehingga, lagi-lagi mereka meyakini bahwa remaja harus melalui semua masalah itu. Jika ada anaknya yang baik-baik saja dan tidak melalui kekacauan itu, orangtua akan berkata, “Apa anak saya tidak normal ya?”

Lihatlah sebuah skenario besar dalam rentang puluhan bahkan ratusan tahun. Dan mereka berhasil meracuni pemikiran para pendidik dan orangtua muslim.
Padahal pemuda begitu positif dalam bahasa ayat, hadits dan ulama. Sehingga perlu sebuah upaya besar untuk membalik cara pandang tersebut sekaligus memberi obat dari masalah yang dihadapi oleh para pemuda kita. (nantikan modul dan pelatihannya dari parentingnabawiyah)

Pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerjik, karya besar dan penopang peradaban Islam.

Pantas mereka takut...

Sebait catatan nasihat dari (alm) Ustadz Rahmat Abdullah

Sebait catatan nasihat dari (alm) Ustadz Rahmat Abdullah

Pasangan muda yang baru menikah menempati rumah di sebuah komplek perumahan.

Suatu pagi, sewaktu sarapan, si istri melalui jendela kaca. Ia melihat tetangganya sedang menjemur kain.

"Cuciannya kelihatan kurang bersih ya", kata sang istri.

"Sepertinya dia tidak tahu cara mencuci pakaian dengan benar.
Mungkin dia perlu sabun cuci yang lebih bagus."

Suaminya menoleh, tetapi hanya diam dan tidak memberi komentar apapun.

Sejak hari itu setiap tetangganya menjemur pakaian, selalu saja sang istri memberikan komentar yang sama tentang kurang bersihnya si tetangga mencuci pakaiannya.

Seminggu berlalu, sang istri heran melihat pakaian-pakaian yang dijemur tetangganya terlihat cemerlang dan bersih, dan dia berseru kepada suaminya:

"Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci dengan benar. Siapa ya kira-kira yang sudah mengajarinya? "

Sang suami berkata, "Saya bangun pagi-pagi sekali hari ini dan membersihkan jendela kaca kita."

Dan begitulah kehidupan.

Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain tergantung kepada kejernihan pikiran (jendela) lewat mana kita memandangnya..

Jika HATI kita bersih, maka bersih pula PIKIRAN kita.
Jika PIKIRAN kita bersih, maka bersih pula PERKATAAN kita.
Jika PERKATAAN kita bersih (baik), maka bersih (baik) pula PERBUATAN kita.

Hati, pikiran, perkataan dan perbuatan kita mencerminkan hidup kita.

Sebuah pepatah kuno mengatakan bahwa "orang benar akan bertunas seperti pohon kurma".

Pohon kurma lazim dijumpai di kawasan Timur Tengah. Dengan kondisi tanah yang kering, gersang, tandus dan kerap dihantam badai gurun yang dahsyat, hanya pohon kurma yang bisa bertahan hidup. Maka, tidak berlebihan kalau pohon kurma dianggap sebagai pohon tahan banting.

Kekuatan pohon kurma ada pada akar-akarnya. Petani di Timur Tengah menanam biji kurma ke dalam lubang pasir lalu ditutup dengan batu. Mengapa biji itu harus ditutup batu? Ternyata, batu itu akan memaksa pohon kurma berjuang untuk tumbuh ke atas. Justru karena pertumbuhan batang mengalami hambatan, hal tersebut membuat pertumbuhan akar ke dalam tanah menjadi maksimal. Setelah akarnya menjadi kuat, barulah biji pohon kurma itu bertumbuh ke atas, bahkan bisa menggulingkan batu yang menekan di atasnya.

"Ditekan dari atas, supaya bisa mengakar kuat ke bawah."
Bukankah itu prinsip kehidupan yang luar biasa?

Sekarang kita tahu mengapa Allah kerap mengizinkan tekanan hidup datang. Bukan untuk melemahkan dan menghancurkan kita, sebaliknya Allah mengizinkan tekanan hidup itu untuk membuat kita berakar semakin kuat. Tidak sekadar bertahan, tapi ada waktunya benih yang sudah mengakar kuat itu akan menjebol "batu masalah" yang selama ini menekan. Kita pun keluar menjadi pemenang kehidupan.

Allah mendesain kita seperti pohon kurma. Sebab itu jadilah tangguh, kuat dan tegar menghadapi beratnya kehidupan.

Milikilah cara pandang positif bahwa tekanan hidup tidak akan pernah bisa melemahkan, justru tekanan hidup akan memunculkan kita menjadi para pemenang kehidupan.
barakallahu fikum..
"selamat beraktifitas salam ukhuwah tetap semangat"
👉🏿 BmFKAM/FKAM : Forum Komunikasi Aktivis Masjid

BOLEHKAH KITA MENOLAK JENAZAH TERORIS UNTUK DIKUBURKAN? Dikutip dari Kajian Islam Hari Selasa oleh Ibnu Sholeh MA, MPI Ditulis oleh Argo Ganda Gumilar A.md, AK

BOLEHKAH KITA MENOLAK JENAZAH TERORIS UNTUK DIKUBURKAN?
Dikutip dari Kajian Islam Hari Selasa oleh Ibnu Sholeh MA, MPI
Ditulis oleh Argo Ganda Gumilar A.md, AK

Selasa (19/1), Aksi terorisme yang mengguncang kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 cukup menghebohkan masyarakat Indonesia. Dilaporkan delapan orang meninggal termasuk tersangka teroris dan puluhan orang luka-luka. Dalam hal ini pihak berwajib telah melakukan identifikasi terhadap korban termasuk tersangka teroris yang telah meninggal dunia untuk dipulangkan ke kampung halamannya dan dimakamkan oleh pihak keluarga. Dari berita yang telah dihimpun, masyarakat tempat teroris tersebut berasal menolak jenazah tersangka untuk dimakamkan di kampung halamannya dengan alasan tersangka teroris ini telah membuat nama kampung halamannya tidak baik dan teroris tersebut juga bisadisebut sebagai bughot (orang-orang yang membangkang terhadap pemerintahan yang sah). Ada juga sebagian masyarakat yang bersedia menerima jenazah teroris tersebut karena menganggap bahwa dia adalah mujahid. Dari uraian di atas, bolehkah kita sebagai muslim yang baik menolak pemakaman jenazah tersangka teroris?
Hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliyallahu anhu dari Nabi Shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bersegeralah di dalam (mengurus) jenazah. Jika ia orang shalih maka sudah sepantasnya kalian mempercepatnya menuju kebaikan, tetapi jika ia tidak seperti itu maka adalah keburukanlah yang kalian letakkan dari atas pundak-pundak kalian (melepaskan dari tanggungan kalian)”. [Hadist Riwayat Al-Bukhori: 1315, Muslim: 944, An-Nasai: II/42, Abu Dawud: 1381, Ibnu Majah: 1477, dan Ahmad: II/240, 280, 488]. Diisyaratkan kepada kaum muslimin untuk menyegerakan pemakaman untuk jenazah, sebab apabila seorang muslim yang meninggal itu shalih, maka ia akan segera mendapatkan kebaikan dari hasil usahanya di dunia. Namun, apabila yang meninggal tersebut orang kafir atau muslim yang tidak baik maka ia akan segera mendapatkan keburukan dari amal yang telah dikerjakan di dunia. Dan mereka pun dengan menyegerakan pemakamannya berarti telah menghilangkan keburukan dari pundak-pundak mereka karena telah menjalankan kewajiban mengurus jenazah dari memandikan, mengkafani, menyolatkan, dan menguburkan, hal tersebut juga merupakan hak muslim terhadap muslim yang lain. Dari uraian hadist tersebut, tidak ada kaitannya antara memakamkan jenazah di suatu tempat dengan amal (baik atau buruk) yang dilakukan seseorang. Hal yang ditekankan Rasulullah saw. sendiri yaitu menyegerakan pemakaman itu sendiri.
Hadist lain menerangkan bahwa Rasulullah saw. menghormati jenazah orang kafir dengan berdiri ketika jenazah tersebut lewat di depan beliau, dari Jabir bin Abdullah radliyallahu anhu, ia berkata: “Ada iringan jenazah lewat, lalu Rasulullah saw. berdiri menghormatinya dan kami ikut berdiri bersama beliau. Kemudia kami berkata: Wahai Rasulullah, jenazah itu adalah jenazah Yahudi. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya kematian itu menggetarkan, maka apabila kalian melihat iringan jenazah berdirilah”. [Hadist Riwayat Muslim: 1593]. Diriwayatkan juga oleh Qais bin Saad radliyallahu anhu dan Sahal bin Hunaif radliyallahu anhu: Dari Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais bin Saad ra. Dan Sahal bin Hunaif ra. sedang berada di Qadisiyah, tiba-tiba ada iringan jenazah melewati mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada keduanya: Jenazah itu adalah termasuk penduduk setempat yang kafir. Mereka berdua berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah dilewati iringan jenazah, lalu beliau berdiri. Ketika dikatakan: Jenazah itu Yahudi, Rasulullah saw. bersabda: Bukankah ia juga manusia?”. [Hadist Riwayat Muslim: 1596]. Hal ini menunjukkan bahwa tidak sepantasnya kita tidak menghormati jenazah sesama muslim karena Rasulullah saw. pun menghormati jenazah seorang Yahudi.
Hadist yang menerangkan keutamaan salat jenazah dan mengiringi jenazah hingga dimakamkan, dari Abu Hurairah radliyallahu anhu ia berkata: “Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu disalati, maka ia mendapat satu qirath. Dan barang siapa menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw. bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar.” [Hadist Riwayat Muslim: 1570].
Kita sebagai muslim, hendaknya melaksanakan perintah Allah SWT. dengan baik. Jangan menjadi muslim yang latah atau sekedar ikut-ikutan saja. Biarlah amal perbuatan yang telah dilakukan oleh teroris tersebut menjadi pertimbangan Allah SWT. diakhirat. Kita yang masih hidup hanya melaksanakan perintah yang dianjurkan Rasulullah saw. apabila kerabat atau saudara meninggal dunia untuk diperlakukan sebaik-baiknya sesuai hukum pengurusan jenazah karena hal tersebut merupakan hak muslim terhadap muslim yang lain. Sedangkan bughat sendiri di atur secara rinci dalam hukummya, tidak ada kaitan bughat dengan kita menolak memakamkannya. © 2016

Senin, 18 Januari 2016

πŸ“˜ MENUJU SHALAT SAMBIL BERLARI? ✅

📘 MENUJU SHALAT SAMBIL BERLARI? ✅

Ketika iqomah untuk shalat dikumandangkan, tak jarang kita dapati beberapa orang menuju shalat sambil berlarian. Semakin dekat imam dengan rukuk maka mereka akan semakin kencang larinya. Bahkan sebagian di antaranya sampai terdengar langkah-langkah kakinya dengan keras. Yang menjadi pertanyaan, apakah perbuatan semacam ini diperbolehkan di dalam Syariat?

Jawabannya adalah: tidak diperbolehkan, dengan beberapa alasan, di antaranya:

♢ Pertama: Sebab hal tersebut telah dilarang oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan sebaliknya, beliau memerintahkan agar kita mendatangi shalat dengan santai dan tidak tergesa-gesa.

Beliau  shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ الْإِقَامَةَ، فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ، وَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ وَالْوَقَارِ، وَلَا تُسْرِعُوا. فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا.

Apabila kalian mendengar iqomah maka berjalanlah menuju shalat, dan hendaklah kalian tenang dan santai, janganlah tergesa-gesa. Apa yang kalian dapati maka shalatlah, dan apa yang terlewatkan maka sempurnakanlah. (HR. al-Bukhari & Muslim)

♢ Kedua: Hal tersebut akan mengganggu para jamaah yang sedang shalat. Bahkan bisa jadi akan mengganggu imam dan bacaannya. Dan mengganggu orang yang sedang shalat tidak diperbolehkan.

♢ Ketiga: Akan mengganggu kekhusyukan sholat yang dia kerjakan setelah sampai shaf. Realitanya ia akan bernafas "ngos-ngosan", dan dia pun tidak khusyuk ketika membaca bacaan sholat.

Oleh karena itu, setelah mengetahui perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan beberapa alasan di atas, marilah kita berusaha untuk mendatangi shalat dengan berjalan santai, tidak tergesa-gesa dan berlari. Inilah sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mendatangi shalat.

Semoga Allah ta'ala memudahkan kita untuk mengamalkannya dan semoga Dia menganugerahkan kekhusyukan dalam sholat kepada kita. Aamiin.

✅ Bagian Indonesia
🏠 ICC DAMMAM KSA
📅 [ 07/04/1437 H ]
============================
🔹 WhatsApp 🔹Telegram
ICC DAMMAM KSA

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Minggu, 17 Januari 2016

Jilbabku Penutup Auratku

Jilbabku Penutup Auratku

SYARAT-SYARAT PAKAIAN MUSLIMAH

1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Yang Dikecualikan

2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

4. Harus Longgar, Tidak Ketat

5. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

6. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

7. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita Wanita Kafir

8. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas

Penyusun: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Al-Ustâdz Aris Munandar Hafizhahullâh
( ustadzaris.com )

Artikel www.muslimah.or.id

[Penjelasan poin-poin di atas bisa dibaca di: https://muslimah.or.id/65-jilbabku-penutup-auratku.html ]

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Hukum Jersey Bola Berlambang Salib

Hukum Jersey Bola Berlambang Salib

Assalamualaikum ustadz,bagaimana hukum nya memakai jersey bola tersebut,seperti tanda salib?

Dari Igo Wardana

Jawaban:

Wa ‘alaikumus salam

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

A’isyah Radhiyallahu ‘anha mengatakan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ يَتْرُكُ فِي بَيْتِهِ شَيْئًا فِيهِ تَصَالِيبُ إِلَّا نَقَضَهُ

Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan satupun barang yang masuk ke rumah beliau, yang ada gambar salibnya, kecuali beliau akan menghapusnya. (HR. Bukhari 5608).

Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu pernah menulis surat kepada kaum muslimin yang tinggal di daerah Azerbaijan (setelah ditaklukkan), isinya:

وَإِيَّاكُمْ وَزِىَّ أَهْلِ الشِّرْكِ

“Hindari semua atribut pelaku syirik.” (HR. Muslim 5532).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, telah bersinggungan dengan ahli kitab, bak yahudi maupun nasrani. Dalam interaksinya, terutama perdagangan, mereka terkadang mendapatkan benda yang dulu dimiliki orang ahli kitab. Sehingga terkadang terdapat  syiar orang-orang kafir yang tertera di benda-benda itu. Upaya yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, mereka berusaha membersihkan gambar-gambar itu di lingkungannya.

Setiap muslim akan sangat marah, ketika dia melihat gambar karikatur Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, bagaimana mungkin mereka rela meletakkkan lambang pembantaian Nabi Isa di badannya.

Setiap muslim membenci kekufuran. Sehingga bagaimana mungkin mereka rela, memakai pakaian berlambang syiar kekufuran orang nasrani.

Memakai Jersey Bergambar Salib, Bisa Membatalkan Shalat

Lajnah Daimah pernah ditanya,

Apa hukum memakai pakaian yang bergambar salib? Ketika beli, saya tidak tahu ada gambar salibnya. Ketika beli, gambarnya kurang jelas. Bagaimana hukum memakainya?

Jawaban Lajnah:

إذا علِم بوجود الصليب في الملابس بعد شرائها : فإنه تحرم الصلاة فيها ، وتجب إزالة الصليب بما يزيل صورته ، بحك ، أو صبغ ، أو نحو ذلك ، ولما روى البخاري في ” صحيحه ” عن عمران بن حطان : أن عائشة رضي الله عنها حدثته : (أن النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يترك في بيته شيئاً فيه تصاليب إلا نقضه)

Jika baru diketahui ada gambar salib di baju anda setelah anda beli, maka haram menggunakannya untuk shalat. Gambar salib itu wajib dihilangkan dengan cara apapun yang bisa menghilangkan gambar itu. Baik dengan digosok atau diwenter, atau cara lainnya. Ini berdasarkan hadis riwayat Bukhari dari Imran bin Hithan, bahwa A’isyah Radhiyallahu ‘anha mengatakan,

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak meninggalkan satupun barang yang masuk ke rumah beliau, yang ada gambar salibnya, kecuali beliau akan menghapusnya.”

(Fatwa Lajnah, 19/24).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Al-Ustâdz Ammi Nur Baits Hafizhahullâh
(Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

[Sumber:  https://konsultasisyariah.com/24520-hukum-jersey-bola-berlambang-salib.html ]

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

πŸ’ŒINGATKAN SUAMI πŸ’‘ ❤JAUHI YANG HAROM πŸ’Έ

💌INGATKAN SUAMI 💑
❤JAUHI YANG HAROM 💸

📚|Dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu, Nabiﷺ bersabda,

لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

❝Tidak ada daging yang tumbuh dari as-suht, kecuali neraka lebih layak baginya.❞ (HR. Turmudzi 614)

🍃➥|Karena orang yang makan dari harta haram, niscaya dia akan melakukan ibadah dengan terpaksa, terkadang berani meninggalkan ibadah wajib seperti sholat. Setelah itu berangsur-angsur dia akan melakukan perbuatan maksyiat lainnya, demikian seterusnya

📚|Dan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ ، النَّارُ أَوْلَى بِهِ

📙|Tidak akan masuk surga, daging yang tumbuh dari as-suht, maka neraka lebih layak baginya.” (HR. Ahmad)

👳|Sahl at-Tusturi rahimahullah berkata : "Barangsiapa yang makan makanan haram, maka anggota tubuhnya akan bermaksiat mau tidak mau, diketahui ataupun tidak. Dan barangsiapa yang makan makanan halal, maka anggota tubuhnya akan ta'at mau tidak mau, diketaui ataupun tidak. Dan dia akan diberi taufiq untuk berbuat kebaikan ".

📚|Sabda Nabiﷺ

إِذَا أَنْفَقَ المُسْلِمُ نَفَقَةً عَلَى أَهْلِهِ، وَهُوَ يَحْتَسِبُهَا، كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً

|📖“Apabila seorang muslim memberikan nafkah kepada keluarganya –yang dia inginkan mendapatkan pahala dari nafkah itu untuk mengharapkan pahala dari Allah- maka itu akan menjadi  sedekah baginya.”( HR . Bukhori )

📋|Syarat utama meraih keutamaan adalah memberi dengan  ikhlas dan memberi dari hasil yang halal karna Allah menolak amal dari harta yang haram

👰Wahai para istri
□|RENGUNGKANLAH

|📘Nafkah keluarga ada di tangan suami mu, selayaknya dirimu berusaha memotivasi suami mu untuk mencari rezeki yang halal meninggalkan yang haram

|🍃|Tunjukkan sikap QONA'AH mu
Hati yang MERASA cukup dengan yang halal

📋KLiK ToNToN NaSEHaT INI
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10205344927604949&id=1301217435 |❤

🍃Share
|🍯Pin 7D604C23
|❤Wa 082158038000 info islam & nasehat

:: Kecelakaan Lalu Lintas Yang Lucu :::

::: Kecelakaan Lalu Lintas Yang Lucu :::

✒ Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi Hafizhahullâh
🌐 abiubaidah.com

Banyak kejadian aneh seputar kecelakaan lalu lintas. Diantaranya adalah kisah seorang yang mengemudi mobil di jalan tol dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba dia bersin sehingga mobilnya tidak terkendali sehingga terjadi terjadilah kecelakaan dahsyat.
Namun, pengemudinya alhamdulillah selamat, malah dia tertawa karena "kekuatan bersin"nya menjadi faktor penyebab mobilnya terbalik seperti itu.

Adalagi seorang yang menyetir mobil barang dan mengangkut onta di bagian belakang mobilnya. Ternyata ada nyamuk yang hinggap di hidung sang sopir. Akhirnya dia melirik ke arah nyamuk untuk membunuhnya. Namun hal itu menyebabkan mobilnya tidak terkendali dan terbalik. Orangnya memang selamat tetapi ontanya tidak selamat. Nyamuk itulah yang menjadi faktor terbaliknya mobil dan kematian ontanya! [An-Nadhorot wa Dhohakat hal.28 dari Nawadir Syawarid hal.322 karya Muhammad Khoir Ramadhan]

Kisah ini memberikan faedah agar kita beriman kepada takdir dan bahwasanya kecelakaan itu bisa saja terjadi karena hal-hal kecil seperti itu, dan jangan lupa senantiasa berdzikir dan berdo'a memohon keselamatan kepada Allah Ta'ala.

[Telegram Channel Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi Hafizhahullâh]

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

πŸ“˜ PERINTAH MENYEBARKAN SALAM πŸ“—

📘 PERINTAH MENYEBARKAN SALAM 📗

 

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim (no. 54) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.

"Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling cinta. Maukah aku tunjukkan sesuatu, bila kalian lakukan maka kalian akan saling cinta? Sebarkanlah salam di antara kalian."

Dari Abdullah bin ‘Amr, bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: “Islam seperti apakah yang baik?” Beliau menjawab:

تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ.

"Engkau berbagi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal ataupun tidak." (Muttafaq 'alaihi)

Mengucapkan salam di dalam Islam merupakan hak seorang muslim kepada saudaranya sesama muslim. Hukum memulai salam adalah sunnah, sedangkan hukumnya menjawabnya adalah wajib. Dan kita sebagai kaum muslimin, sangat dianjurkan untuk menyebarkan salam di antara kita.

Di bawah ini beberapa poin penting seputar salam. Semoga bermanfaat.

○ 1). Anjuran menyebarkan salam. (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, al-hakim. Lihat: Shahih al-jami’, no. 1085)

○ 2). Berpegang teguh dengan salam yang diajarkan agama Islam dan menjauhi ucapan salam selain dari Islam.

○ 3). Pahala yang melimpah bagi orang yang mengucapkan salam secara sempurna. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi. Lihat: Shahih at-Tirmidzi, no. 2163)

○ 4). Menjawab salam dengan ucapan yang lebih baik atau minimal semisalnya. (QS. sn-Nisa’: 86)

○ 5). Tidak memulai salam kepada ahlul kitab dan non muslim. (HR. Muslim)

○ 6). Orang yang muda memulai salam kepada yang lebih tua. Yang sedikit memulai salam kepada yang lebih banyak. Yang sedang berdiri memulai salam kepada yang sedang duduk. Yang sedang berjalan memulai salam kepada yang berdiri. Yang berkendara memulai salam kepada yang berjalan. (HR. Ahmad, al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari dan al-Adab al-Mufrod, at-Tirmidzi, al-Abdurrozzaq, Ibnu Hibban. Lihat: ash-Shahihah, no. 2199, Shahih at-Tirmidzi, no. 2175)

○ 7). Anjuran mengucapkan salam ketika masuk dan keluar majelis. (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim. Lihat: Shahih at-Tirmidzi, no. 2177)

○ 8). Selain mengucap salam, dianjurkan berjabat tangan ketika bertemu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ath-Thobroni. Lihat: Shahih at-Tirmidzi, no. 2197, ash-Shahihah, no. 526)

○ 9). Mengucap salam sebelum bertanya dan berbicara. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu ‘Adi, Ibnu Sunni. Lihat: Shahih at-Tirmidzi, no. 2170, ash-Shahihah, no. 816)

○ 10). Mengulangi salam hingga tiga kali bila tidak terdengar. (HR. Al-Bukhari)

○ 11). Mengucapkan salam kepada anak-anak. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

○ 12). Sunnahnya titip salam kepada orang lain. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud)

○ 13). Mengucap salam ketika ziaroh kubur. (HR. Muslim)

Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah senantiasa bersama kita. Aamiin.

✅ Bagian Indonesia
🏠 ICC DAMMAM KSA
📅 [ 05/04/1437 H ]
============================
🔹 WhatsApp 🔹 Telegram
ICC DAMMAM KSA

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Imam Syafi'i Sangat Mengagungkan Sunnah

Imam Syafi'i Sangat Mengagungkan Sunnah

📌 Secara istilah adalah berpegang teguh dengan jalan yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan Khulafaur Rasyidin baik berupa keyakinan, perbuatan, dan perkataan. Inilah Sunnah yang sempurna, karena itulah ulama salaf sejak dahulu tidak memakai lafazh "sunnah" kecuali meliputi semua diatas. ini diriwayatkan dari al-Hasan, Auza'i,  dan Fudhail bin Iyadh."

✏ Jami'ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, hal. 262

📌 Dan Imam Syafi'i termasuk ulama yang dikenal sangat semangat dalam mengagungkan Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagaimana pujian para ulama kepada beliau.

📌 Imam Ahmad berkata, "Saya tidak melihat seorang pun yang lebih semangat dalam mengikuti Sunnah dari pada Imam Syafi'i."

✏ Manaqib Syafi'i 1/471, oleh al-Baihaqi

📌 Imam al-Baihaqi membuat satu bab pembahasan dengan judul "Ketarangan yang membuktikan baiknya Madzhab Syafi'i dalam mengikuti Sunnah dan menjauhi Bid'ah."

✏ Manaqib Syafi'i 1/471

📌 Imam adz-Dzahabi berkata memuji beliau, "Imam Syafi'i adalah seorang ulama yang sangat kuat dalam berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, baik dalam masalah aqidah maupun cabang Agama."

✏ Mukhtashar al-'Uluw, hal.177

📌 Cukuplah sebagai contoh petuah beliau:

ﻻَ ﻳَﺠْﻤُﻞُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﻭَﻻَ ﻳَﺤْﺴُﻦُ ﺇِﻻَّ ﺑِﺜَﻼَﺙِ ﺧِﻼَﻝٍ : ﺗَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺇِﺻَﺎﺑَﺔِ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﻭَﺍﻟْﺨَﺸْﻴَﺔُ

“Ilmu itu tidaklah indah kecuali dengan tiga perkara: Taqwa kepada Allah, sesuai dengan sunnah dan rasa takut."

✏ Manaqib Syafi'i 1/470, oleh al-Baihaqi

✒ Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi Hafizhahullâh

🌐 abiubaidah.com

📚 Diringkas dari Manhaj Salafi Imam Syafi'i - Prinsip-prinsip Imam Syafi'i dalam Beragama, Bagian II - Prinsip-prinsip Manhaj Salafi Menurut Imam Syafi'i, Prinsip Ke-4 : Mengagungkan Sunnah dan Memerangi Bid'ah, Imam Syafi'i Sangat Mengagungkan Sunnah, Hal. 84-85, Pustaka Al-Furqon, Cetakan 4 : Rabiul Awal 1435 H (Jan. 2014 M)

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Mengangankan Kematian Karena Terlalu Susah

Mengangankan Kematian Karena Terlalu Susah

Saya tertimpa banyak kesulitan dalam pekerjaan saya dan dalam kehidupan sosial saya. Bolehkah saya mengangankan kematian?

_

Al-Hamdulillah. Kondisi Anda itu mirip dengan yang diungkapkan seorang Ahli Syair:

Ingatlah, kematian itu kini dijual bebas, belilah dengan segera. Kehidupan ini toh sudah tidak memiliki kebaikan apa-apa

Itu jelas keliru. Seorang mukmin tidak boleh mengangankan kematian. Kalaupun ia terpaksa melakukannya, hendaknya ia melakukan doa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Janganlah salah seorang di antaramu mengangankan kematian karena tertimpa kesulitan. Kalaupun ia terpaksa mengangankan kematian, hendaknya ia mengatakan: "Ya Allah, pertahankanlah hidupku bila hidup itu lebih baik buat diriku. Dan matikanlah diriku, bila kematian itu lebih baik bagiku.." (HR. Al-Bukhari XI : 154)

[Dari buku Al-Iman bil Qadha wal Qadar oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd hal. 159]

Islam QA (Islam Question and Answer)
Islam Tanya dan Jawab

General Supervisor/Pemimpin Umum:
Asy-Syaikh Muhammad Shaalih Al-Munajjid Hafizhahullâh

islamqa.info

[Sumber: https://islamqa.info/id/9846 ]

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Akankah Berjumpa Kembali dengan Keluarga di Surga?

Akankah Berjumpa Kembali dengan Keluarga di Surga?

Bertemu di Surga dengan Orang Tua

Pertanyaan:

Apakah bila di surga nanti kita akan berjumpa kembali dengan ibu dan bapak kita?

Dari: Ferry

Jawaban:

Mukmin akan dikumpulkan di surga bersama keluarganya

Allah berfirman:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)

Ibnu Katsir mengatakan:

يخبر تعالى عن فضله وكرمه، وامتنانه ولطفه بخلقه وإحسانه: أن المؤمنين إذا اتبعتهم ذرياتهم في الإيمان يُلحقهم بآبائهم في المنزلة وإن لم يبلغوا عملهم، لتقر أعين الآباء بالأبناء عندهم في منازلهم، فيجمع بينهم على أحسن الوجوه، بأن يرفع الناقص العمل، بكامل العمل، ولا ينقص ذلك من عمله ومنزلته، للتساوي بينه وبين ذاك

“Allah memberitahukan tentang keutamaan, kemurahan, dan nikmat-Nya kepada makluk-Nya, bahwa orang yang beriman, jika keturunannya juga mukmin maka Allah kumpulkan keturunannya bersama orang tuanya dalam satu kedudukan, meskipun amal keturunannya ini tidak sebanyak amal bapaknya. Agar lebih menyenangkan si bapak, dengan kehadiran anaknya di sisi mereka.

Allah kumpulkan mereka dengan wajah yang sangat indah, Allah angkat orang yang kurang amalnya dan Allah gabungkan bersama orang yang lebih sempurna amalnya. Namun hal ini sama sekali tidak mengurangi amal orang tua dan kedudukan orang tua, karena kesaman antara keduanya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:432)

Dari said bin Jubair, bahwa Ibnu Abbas pernah menafsirkan ayat ini dan mengatakan:

هم ذرية المؤمن، يموتون على الإيمان: فإن كانت منازل آبائهم، أرفع من منازلهم ألحقوا بآبائهم، ولم ينقصوا من أعمالهم التي عملوا شيئا

“Mereka adalah keturunan orang yang beriman. Mereka mati dengan membawa iman. Jika kedudukan bapaknya lebih tinggi dari pada derajatnya maka Allah kumpulkan mereka bersama bapaknya, tanpa mengurangi sedikit pun amal bapaknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:433)

Allahu a’lam

Dijawab oleh Al-Ustâdz Ammi Nur Baits Hafizhahullâh
(Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

[Sumber: https://konsultasisyariah.com/12540-bertemu-di-surga-dengan-orang-tua.html ]

Silakan dibaca juga:

Cara Berbakti kepada Orang Tua setelah mereka Meninggal
[ https://konsultasisyariah.com/20268-20268.html ]

Menghadiahkan Pahala Sedekah Untuk Mayit
[ https://konsultasisyariah.com/11272-menghadiahkan-pahala-sedekah-untuk-mayit.html ]

♻Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁Grup WA & TG Dakwah Islam
📩TG Bot : @DakwahIslam_Bot
🌐TG Channel : @DakwahIslam

Share yuk semoga saudara anda mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.