This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 27 Oktober 2015

 ini Hukum Suami Memanggil Isteri Dengan "Ummi, Ibu atau Dek"

Pertanyaan: Bagaimana hukum seorang suami yang memanggil isterinya dengan panggilan “Ummi”, dibolehkan atau tidak, jika boleh apa dalilnya dan jika tidak boleh apa juga dalilnya, mohon bagi para ustadz dapat memberi jawaban dan arahan. Syukran

Fulan di Jakarta Timur

Jawaban:

Menurut Ustadz Ahmad Isrofiel Mardhotillah, ada pendapat dari Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di terkait memanggil isteri dengan “‘Ummi, Ibu atau Dek”.

line-height: 18.75px; margin-bottom: 1em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> Syaikh As-Sa’di mengatakan,

أنه يكره للرجل أن ينادي زوجته ويسميها باسم محارمه، كقوله ” يا أمي ” ” يا أختي ” ونحوه، لأن ذلك يشبه المحرم

“Dimakruhkan seorang suami memanggil isterinya dengan panggilan nama mahramnya seperti ‘wahai ibuku’, ‘wahai saudaraku (mari dek)’ atau semacam itu. Karena seperti itu berarti menyerupakan isteri dengan mahramnya.” (Tafsir As-Sa’di, hal. 893)

Namun, kalau melihat dari kebiasaan suami memanggil isterinya dengan panggilan ‘ummi, dek, mama atau semisal itu’, secara jelas kita tahu bahwa maksudnya adalah bukan panggilan zhihar seperti yang dimaksudkan orang jahiliyyah.

Maka, panggilan seperti itu hanyalah panggilan biasa, bahkan panggilan yang menunjukkan rasa sayang atau kedekatan. Sehingga kesimpulannya, memanggil isteri seperti itu tidaklah masalah.

Wallahu a’lam bish shawwab. (adibahasan/arrahmah.com)

Proyek Finising Gedung

STISHID - Tahun ini, Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, sedang  menyelesaikan (finishing) pembangun gedung perkuliahan mahasiswa dan beberapa fasilitas penunjang. Proyek pembangunan ini merupakan proyek lanjutan dari gedung perkuliahan yang belum jadi sepenuhnya. Meskipun demikian, gedung yang ada telah lama dimanfaatkan. [Berita selengkapnya]

Proyek pembangunan di atas merupakan bagian dari finishing gedung perkuliahan putra.  Gedung terdiri dari dua lantai dengan denah bangunan membentuk huruf L.

Jika proyek pembangunan selesai, maka fasilitas yang ada pada gedung ini yaitu 2 ruang kantor, 8 lokal ruang perkuliahan, ruang lobi yang terletak disetiap lantai, ruang multimedia, aula serba guna dan perpustakaan, serta 1 Guest House. [versi video]

Fasilitas lain dari gedung ini yaitu terdapat 6 toilet, 2 ruangan untuk karyawan, sebuah  gudang. Koperasi, dan masing-masing ruang sekretariat buat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)  dan Majelis Syuro Mahasiswa (MASYUMA).

Berikut beberapa sisi bangunan yang sedang dalam tahap penyelesaian.


Istri Masih SMS Sayang Teman Sekolah

Assalamu’alaikum

Ustad sy mo tanya, saat ini pernikahan saya menginjak 3 tahun lebih, banyak cobaan yang saya hadapai termasuk sekarang ini ustad, saat ini istri saya telp-telp dengan teman sekolahnya dulu, suatu saat ketika saya ingin sholat tahajud, saya penasaran ustaad saya buka SMS istri saya ada kata sayang sayangan dan, tubuh saya genmetar, lalu saya ambil air wudhu untuk sholat tahajud,ga terasa air mata ini mengalir … saya curhat sama Allah tentang semua segala permaslahan yang ada di rumah tangga saya, dan secara ga sengaja saya menemukan web ini, mungkin ini petunjuk dari Allah untuk mencari jalan keluarnya ustad. yang saya ingin pertanyakan, apakah telp telp di hp dan sayang sayang di hp termasuk mendekati jinah, saya takut ini terjadi ustad. apa yang harus saya lakukan … mohon tuntunan wejangan dari ustad.

Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,

Saya ucapkan selamat, karena Anda memiliki sifat suami shalih yakni ‘cemburu’. hal ini positif untuk mempertahankan keberlangsungan rumah tangga yang dipenuhi dengan rasa cinta. Namun hati-hati bila rasa cemburu berbuah kebencian dan balas dendam, Anda harus segera bermuhaasabah.

Kasus yang Anda hadapi bisa disebut kasus yang sedang marak di tengah-tengah kita, paling tidak itu yang kita dapatkan dari berbagai laporan media. Satu sisi alat komunikasi bisa mempersingkat waktu silaturrahmi dengan hanya mengankat HP. Namun di sisi lain bisa menjadi malapetaka bila kita tidak pandai menggunakannya.

Saran saya, komunikasikan temuan Anda dengan isteri dengan cara terbaik dan penuh kasih sayang, beri penjelasan kepadanya bahwa Anda tidak marah dengan perlakuannya dengan ‘sang mantan’. Namun perbuatannya itu sangan melukai perasaan cinta yang sedang Anda bangun. Karena bisa jadi hal itu isteri Anda lakukan karen tidak tahu bahwa dia menyakiti Anda sebagai suami. Disamping itu mungkin saja –karena tidak Anda jelaskan– usia isteri Anda memang masih sangat belia, sehingga dianggapnya wajar berbuat begitu. Bila perlu dampingi isteri Anda dalam membuat kata-kata yang baik yang bisa dikirimkan pada ‘sang mantan’ agar tidak bermain-main dengan isteri Anda. Hindarkan emosi yang membuat isteri Anda tidak nyamaan dan dianggap Anda tidak percaya dengannya.

Terakhir, luangkan waktu yang cukup untuk selalu berduaan dengan isteri, agar merasa nyaman dan terlindungi, sehingga punya kepercayaan kepada Anda untuk dapat menumpahkan curahan hatinya kepada Anda. dan bertawakkallah kepada Allah bahwa Anda dan isteri adalah pasangan yang diridhoi-Nya.
Wallahua’lam.

Demikian jawaban, semoga sukses salalu. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ust. Endang Abdurrahman

Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

Pentingnya Aqidah akhlak di Berikan Anak Sejak Usia Dini



PENTINGNYA AQIDAH AKHLAK DIBERIKAN KEPADA ANAK USIA DINI A.    AKIDAH AKHLAK 1.      Pengertian Akidah Akhlak Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah. 2.      Dasar Akidah Akhlak Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.” Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim. Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.” Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim). 3.      Tujuan Akidah Akhlak Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah : a.         Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “ mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan:  “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan:  “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar b.        Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak. c.         Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat. B.     ANAK USIA DINI 1.         Pengertian Anak Usia Dini Yang dimaksud dengan anak usia dini atau anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Sementara itu, menurut direktorat pendidikan anak usia dini, pengertian anak usia dini adalah anak usia 0 – 6 tahun, baik yang terlayani maupun yang tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini.27 Hal ini sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan dengan Undang-undang sistem pendidikan nasional no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Sedangkan jenjang pendidikan dasar dimulai pada usia 7 tahun. 2.         Memahami Anak Usia Dini Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal. Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda. Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut : a.         Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat. b.        Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif. c.         Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa, dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 – 8 tahun mengalami 80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu stimulasi fisik dan mental. C.    PENTINGNYA AQIDAH AKHLAK DIBERIKAN KEPADA ANAK USIA DINI Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak adalah ibarat oase di tengah-tengah gurun pasir yang kering dan tandus. la akan memberi kepuasan ketika dahaga, memberi keteduhan ketika panas, dan memberikan kebahagiaan ketika datang nestapa. Pada anaklah tergantung cita dan cinta orang tua. Dengan anaklah orang tua akan mengarungi bahtera kehidupan. Dan doa anaklah yang akan memberi kesejukan dan kebahagiaan di alam akherat. Semua itu akan menjadi sebuah keniscayaan apabila seorang anak mendapat pendidikan yang tepat, sehingga berguna bagi orang tua, lingkungan, masyarakat dan negara. Pendidikan anak merupakan hal yang terpenting yang harus diberikan orang tua kepada putra-putrinya. Anak merupakan miniatur masa depan sebuah bangsa. Oleh sebab itu tidak mengherankan bila semua orang tua berlomba memberikan pendidikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Sekolah atau lembaga pendidikan yang bermutu menjadi acuan dalam menentukan pilihan tujuan pendidikan anak-anak. Tidak kalah pentingnya adalah pendidikan akhlak, budi pekerti, atau moral yang wajib diberikan kepada tiap anak. Sebab walaupun seorang anak mempunyai kemampuan akademik yang bagus bahkan jenius, tetapi apabila tidak dibarengi penanganan akhlak dan moral yang benar tentu tidak seimbang. Boleh jadi akan berakibat fatal bila dia sudah besar nanti. Di tengah melubernya arus informasi yang mudah didapat, tentu kita harus membentengi anak-anak kita dengan pendidikan akhlak yang benar. Konsep teladan orang tua perlu dikedepankan, sebab pada usia-usia dini sikap meniru anak masih dominan. Peran orang tua dalam membentuk moral dan akhlak anak sangat sangat besar. Keteladanan kedua orang tua dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku menjadi contoh nyata bagi putra-putri mereka. Perhatian yang iebih dari orang tua terhadap gerak-gerik dan aktrvitas mereka sangat diperlukan, apalagi saat ini tayangan televisi begitu deras dimana apabila tidak ada kontrol dari orang tua bisa berakibat kurang baik terhadap tumbuh kembang anak. Mulai dari tayangan film kartun, sinetron, acara hiburan, acara berbau mistik yang kesemuanya itu acapkali sarat dengan hal- hal yang kontra produktif terhadap pendidikan anak, bahkan berpotensi merusak attitude anak. Belum lagi pergaulan dan life style (gaya hidup), adanya video porno yang akhir-akhir ini marak dibicarakan, yang apabila benar-benar diperhatikan akan mengelus dada kita. Luqman menjadi contoh dalam mendidik anak yang berakhlak Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar" (QS. Lukman : 13). Dari ayat tersebut dapat kita ambil pokok pikiran, pertama, orang tua wajib memberi pendidikan anak-anaknya. Kedua, dalam mendidik prioritas pertama adalah penanaman aqidah, pendidikan aqidah diutamakan agar menjadi kerangka dasar dan landasan dalam membentuk pribadi anak yang sholeh. Dalam mendidik hendaknya menggunakan pendekatan kasih sayang, hal ini dapat kita cermati dan seruan Lukman kepada anak-anaknya, yaitu “Yaa Bunayya” (Wahai anak-anakku). Seruan tersebut menyiratkan sebuah ungkapan yang penuh muatan kasih sayang, sentuhan kelembutan dalam mendidik anak-anaknya. Indah dan menyejukkan. Kata "Bunayya" mengandung rasa manja, kelembutan dan kemesraan, tetapi tetap dalam koridor ketegasan dan kedisiplinan dan bukan berarti mendidik dengan keras. Mendidik anak dengan keras hanya akan menyisakan dan membentuk anak berjiwa keras, kejam dan kasar. Kekerasan hanya meninggalkan bekas yang menggores tajam kelembutan anak, kelembutan dalam diri anak akan hilang tergerus oleh pendidikan yang keras dan brutal. Kepribadian anak menjadi kental dengan kekerasan, hati, pkiran, gerak dan kesejukan jauh dari kebenaran dan kesejukan. Kelembutan, kemesraan dalam mendidik anak merupakan konep al-quran, apapun pendidikan diberikan kepada anak hendaknya dengan kelembutan dan kasih sayang. Begitu juga dalam prioritas mendidik diutamakan mendidik aqidahnya terlebih dahulu, dengan penyampaian yang lembut dan penuh kasih sayang. Dengan demikian anak akan tersentuh dan merasa aman di dekat orang tuanya Menurut ajaran agama islam , ada 3 ( tiga ) hal penting yang harus diberikan pada anak usia dini : 1.      pendidikan akidah, Islam memposisikan akidah sebagai hal yang sangat mendasar, yakni sebagai rukun iman dan rukun Islam yang sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dengan yang non Islam. 2.       pendidikan ibadah, Dalam islam tata peribatan telah diatur dengan sebaik mungkin dengan tidak menyalahi kolidor fitrah manusia, dan aplikasinya harus mengupayakan sedini mungkin. Hal itu dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni taat melaksanakan segala perintah Allah dan Rasulnya dan taat pula menjauhi larangannya. 3.       pendidikan akhlak\ Untuk mmencapai kesempurnaan Islam yang sejati akhlak merupakan pondasi  utama yang harus di realisasikan. Untuk merealisasikan hal itu ayat Al-Quran dan Hadis Nabi telah banyak memberikan panduan. BAB III KESIMPULAN Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan dari beberapa poin yang trepenting untuk, diantarnya akidah adalah aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.sedangkan akhlak adalah sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Anak usia dini merupakan mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti. program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain (play group). Akidah akhlak sangta penting diterapkan kepada anak usia dini karena anak usia dini adalah penentu masa selanjutnya, jika mereka tak pernah diberikan asumsi akidah akhlak meraka akan jadi apa. Dan bahkan akhlak buruk pun melekat didalam hati mereka oleh karena itu akidah akhlak sangat lah penting diberiokan kepada anak usia dini.

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Tata Cara Shalat #1: Hukum Sholat, Hikmah Sholat, dan Keutamaan Shalat


A. Hukum Sholat
Shalat itu wajib bagi semua umat Islam. Karena Allah Ta’ala telah memerintahkannya pada beberapa ayat dalam Al-Quran:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:


“...Maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu (wajib) yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman,” (QS An-Nisa: 103).


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berfirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk,” (QS Al-Baqarah: 238).

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjadikan shalat sebagai pondasi kedua dari lima pondasi Islam.

Beliau bersabda:

Islam itu didirikan atas lima perkara: (1) Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; (2) Mendirikan shalat; (3) Menunaikan Zakat; (4) Mengerjakan haji ke Baitullah; dan (5) Berpuasa pada bulan Ramadhan,” (HR Al-Bukhari: 1/9, dan Muslim: 20, 21, Kitab Al-Iman). 

Hukum orang yang tidak mengerjakan sholat secara syar’i diancam hukuman mati. Adapun orang yang meremehkan shalat, masuk dalam kategori fasik. 

B. Hikmah Sholat
Sebagian hikmah disyariatkannya shalat adalah bahwa shalat itu dapat membersihkan jiwa, dapat menyucikannya, dan menjadikan seorang hamba layak bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dunia dan berada dekat dengan-Nya di surga. Bahkan shalat juga dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar. 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“...Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar...” (Al-Ankabut: 45).

C. Keutamaan Sholat 
Untuk mengetahui keutamaan dan keagungan shalat, cukuplah kita membaca hadist-hadist Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam berikut:

1. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam:

Pokok terpenting dari segala perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, serta puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah,” (HR Tirmidzi: 616).

2. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam:

(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat,” (HR Muslim: 134, Kitab Al-Iman).

3. Beliau Shalallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukannya, maka mereka telah menlindungi harta dan jiwanya dariku kecuali karena hak Islam, dan hisab (perhitungan) amal mereka diserahkan kepada Allah Azza Wa Jalla,” (HR Al-Bukhari: 1/13, 9/138).

4. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika ditanya tentang amalan apa yang paling utama, beliau menjawab:

Mengerjakan shalat pada (awal) waktunya,” (HR Muslim: 36, Kitab Al-Iman).

5. Sabda beliau:

Perumpamaan sholat lima waktu ibarat sebuah sungai tawar yang deras yang ada di dekat pintu rumah salah seorang dari kalian, yang ia mandi di dalamnya sebanyak lima kali setiap hari, maka apakah kaliah melihat adanya kotoran yang tersisa padanya?” Para sahabat berkata, “Tidak ada sedikitpun.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya shalat lima waktu itu dapat menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air dapat menghilangkan kotoran,” (HR Muslim: 284, Kitab Al-Masajid).

6. Sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam:

“Tidaklah seorang muslim yang ketika tiba waktu shalat fardhu dia membaguskan wudhunya dan kekhusyukannya serta rukuknya melainkan shalat itu menjadi penghapus dosa-dosanya yang telah lewat, selama dia tidak berbuat dosa besar, dan itu sepanjang masa,” (HR Muslim: 7, Kitab Ath-Thaharah, dan Imam Ahmad: 5/260). Wallahu’alam bish shawwab.

Asal Usul Sejarah


Masa sebelum kedatangan Islam
Jazirah Arab sebelum kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan perdagangan dalam Jalan Sutera yang menjadikan satu antara Indo Eropa dengan kawasan Asia di timur.
Kebanyakan orang Arab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut agama-agama Kristen dan Yahudi.
Mekkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telaga Zamzam, dan yang terpenting adalah Ka'bah.
Masyarakat ini disebut pula Jahiliyah atau dalam artian lain bodoh.
Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran moral.
Warga Quraisy terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi.
Mereka menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat ramai.

Masa Awal
Islam bermula pada tahun 611 ketika wahyu pertama diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira', Arab Saudi.
Muhammad dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (571 masehi).
Ia dilahirkan ditengah-tengah suku Quraish pada zaman jahiliyah, dalam kehidupan suku-suku padang pasir yang suka berperang dan menyembah berhala.
Muhammad dilahirkan dalam keadaan yatim, sebab ayahnya Abdullah wafat ketika ia masih berada di dalam kandungan.

Pada saat usianya masih 6 tahun, ibunya Aminah meninggal dunia.
Sepeninggalan ibunya, Muhammad dibesarkan oleh kakeknya Abdul Muthalib dan dilanjutkan oleh pamannya yaitu Abu Talib.
Muhammad kemudian menikah dengan seorang janda bernama Siti Khadijah dan menjalani kehidupan secara sederhana.
Ketika Muhammad berusia 40 tahun, ia mulai mendapatkan wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril, dan sesudahnya selama beberapa waktu mulai mengajarkan ajaran Islam secara tertutup kepada para sahabatnya.
 Setelah tiga tahun menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, akhirnya ajaran Islam kemudian juga disampaikan secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekkah, yang mana sebagian menerima dan sebagian lainnya menentangnya.

Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya berpindah ke Madinah.
Peristiwa ini disebut Hijrah, dan semenjak peristiwa itulah dasar permulaan perhitungan kalender Islam.
Di Madinah, Muhammad dapat menyatukan orang-orang anshar (kaum muslimin dari Madinah) dan muhajirin (kaum muslimin dari Mekkah), sehingga semakin kuatlah umat Islam.
Dalam setiap peperangan yang dilakukan melawan orang-orang kafir, umat Islam selalu mendapatkan kemenangan.
Dalam fase awal ini, tak terhindarkan terjadinya perang antara Mekkah dan Madinah.

Keunggulan diplomasi nabi Muhammad SAW pada saat perjanjian Hudaibiyah, menyebabkan umat Islam memasuki fase yang sangat menentukan.
Banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menjadi musuh kemudian berbalik memeluk Islam, sehingga ketika penaklukan kota Mekkah oleh umat Islam tidak terjadi pertumpahan darah.
Ketika Muhammad wafat, hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam.

Khalifah Rasyidin
Khalifah Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin memilki arti pemimpin yang baik diawali dengan kepemimpinan Abu Bakar, dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib.
 Pada masa ini umat Islam mencapai kestabilan politik dan ekonomi.
Abu Bakar memperkuat dasar-dasar kenegaraan umat Islam dan mengatasi pemberontakan beberapa suku-suku Arab yang terjadi setelah meninggalnya Muhammad.
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib berhasil memimpin balatentara dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mendakwahkan Islam, terutama ke Syam, Mesir, dan Irak.
Dengan takluknya negeri-negeri tersebut, banyak harta rampasan perang dan wilayah kekuasaan yang dapat diraih oleh umat Islam.

Masa kekhalifahan selanjutnya
Setelah periode Khalifah Rasyidin, kepemimpinan umat Islam berganti dari tangan ke tangan dengan pemimpinnya yang juga disebut "khalifah", atau kadang-kadang "amirul mukminin", "sultan", dan sebagainya.
Pada periode ini khalifah tidak lagi ditentukan berdasarkan orang yang terbaik di kalangan umat Islam, melainkan secara turun-temurun dalam satu dinasti (bahasa Arab: bani) sehingga banyak yang menyamakannya dengan kerajaan; misalnya kekhalifahan Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Bani Utsmaniyyah.

Besarnya kekuasaan kekhalifahan Islam telah menjadikannya salah satu kekuatan politik yang terkuat dan terbesar di dunia pada saat itu.
Timbulnya tempat-tempat pembelajaran ilmu-ilmu agama, filsafat, sains, dan tata bahasa Arab di berbagai wilayah dunia Islam telah mewujudkan satu kontinuitas kebudayaan Islam yang agung.
Banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan bermunculan dari berbagai negeri-negeri Islam, terutamanya pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampai abad ke-13 masehi.

Luasnya wilayah penyebaran agama Islam dan terpecahnya kekuasaan kekhalifahan yang sudah dimulai sejak abad ke-8, menyebabkan munculnya berbagai otoritas-otoritas kekuasaan terpisah yang berbentuk
"kesultanan"; misalnya Kesultanan Safawi, Kesultanan Turki Seljuk, Kesultanan Mughal, Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan Malaka, yang telah menjadi kesultanan-kesultanan yang memiliki kekuasaan yang kuat dan terkenal di dunia.
Meskipun memiliki kekuasaan terpisah, kesultanan-kesultanan tersebut secara nominal masih menghormati dan menganggap diri mereka bagian dari kekhalifahan Islam.

Pada kurun ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan penjajah Eropa.
Kesultanan Utsmaniyyah (Kerajaan Ottoman) yang secara nominal dianggap sebagai kekhalifahan Islam terakhir, akhirnya tumbang selepas Perang Dunia I.
Kerajaan ottoman pada saat itu dipimpin oleh Sultan Muhammad V.
Karena dianggap kurang tegas oleh kaum pemuda Turki yang di pimpin oleh mustafa kemal pasha atau kemal attaturk, sistem kerajaan dirombak dan diganti menjadi republik.


Kepercayaan

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"),
yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadar Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah".

 Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).
Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Muhammad sebagai Khataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi) dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (setiap perkataan dan perbuatan Muhammad) sebagai sumber fundamental Islam.

 Mereka tidak menganggap Muhammad sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari Ibrahim, Musa, Isa, dan nabi lainnya.
Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.
Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Muhammad.
melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah [2]:2).

Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.
Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil dan suhuf para nabi-nabi yang lain) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya.
Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia.
Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

Umat Islam juga meyakini bahwa agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Adam adalah agama tauhid, dengan demikian tentu saja Ibrahim juga menganut ketauhidan secara hanif (murni imannya) maka menjadikannya seorang muslim.
 Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as.
Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%).
Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu.
Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia.
Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia.
Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat.
Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab, 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.

Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak.
Doktrin antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan Ahlul Bait (keluarga keturunan Muhammad).
Namun secara umum, baik Sunni maupun Syi'ah percaya pada rukun Islam dan rukun iman walaupun dengan terminologi yang berbeda.

Saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim yang tersebar di seluruh dunia.
Dari jumlah tersebut sekitar 18% hidup di negara-negara Arab, 20% di Afrika, 20% di Asia Tenggara, 30% di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan Bangladesh.
Populasi Muslim terbesar dalam satu negara dapat dijumpai di Indonesia.
Populasi Muslim juga dapat ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Republik Rakyat Cina, Amerika Serikat, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.

Pertumbuhan Muslim sendiri diyakini mencapai 2,9% per tahun, sementara pertumbuhan penduduk dunia hanya mencapai 2,3%.
Besaran ini menjadikan Islam sebagai agama dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia.
 Beberapa pendapat menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya angka kelahiran di banyak negara Islam (enam dari sepuluh negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di dunia adalah negara dengan mayoritas Muslim
Namun belum lama ini, sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran negara Muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat.

Kesimpulan :
Islam Adalah Agama Terakhir sebagai Penyempurnaan.
Mempunyai Nabi Terakhir Yaitu : Nabi Muhammad SAW.
Kitab Suci :Al QUran
Rumah ibadat umat Muslim disebut masjid atau mesjid.
Ibadah yang biasa dilakukan di Masjid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama, perayaan hari besar, diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.

Sejarah Beridinya Hidayatullah Dan Tentang Pendirinya


Gunung tembak hanyalah sebuah perkampungan kecil, 33 km sebelah timur kota minyak Balikpapan.Dikawasan yang semula kering kerontanginilah,Ustadz Abdullah said (alm)“menyulapnya” menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang subur.Tanah yang awalnya mustahil untuk di tanami karena kadar asam (PH) dan kandungan zat bezinya (FE) yang sangat tinggi, dalam waktu realities singkat berubah menjadi perkebunan jeru, salak, cengkeh, rambutan, bahkan padi dan sayur-sayuran. Disitulah benih pesantren Hidayatullah bersemi.

 Oleh karena itu pendiri pesantren Hidayatullah yaitu ustad Abdullah said yang jiwanya sudah kuat dan hatinya terusik benih iman sebagai landasan hidup, akan timbul sebuah pemikiran dan wawasan dalam arena perjuangannya. Hati dan perasaan selalu menggelora dan terus menggeliat mencari peluang untuk menyampaikan idiologi tauhid kepada semua insane.

 Ustad Abdullah said bersama teman-teman yang dekat dengannya tidak pernah tenang hatinya sebelum misinya tercapai yaitu mengajak kepada masyarakat yang semula tidak mengenal islam atau sudah islam tapi setengah-setengah supaya berislam secara kaffah dengan berpengangan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman.

karena visi Al-qur’an itu sendiri adalah kaffatan linnas dan Rohmatan lil’alamin.

 Dan dari Gunung Tembak situalah benih pesantren Hidayatullah bersemi,hingga kini telah berdiri cabangnya di hamper setiap kota,kabupaten di Indonesia.

Atas upaya keras para santri dan ustadz Hidayatullah pun mendapatkan penghargaan tata ruang International dan kalpataru tahun 1984.

 Namun penghargaan maupun penilain,bukanlah segalanya. Yang hendak diupayakan adalah menyelamatkan lingkungan: baik alam, tumbuhan, binatang, terlebih lagi manusia. Itulah sasaran utamanya, agar nilai-nilai kemanusian tidak hancur oleh keserakahan dan kedzoliman, dalam rangka menggapai ridho Alloh Swt.

 Namun ibarat tak ada angina tak ada hujan. Ditengah perkampungan sunyi iyu, dengan fasilitas wargayang serba sederhana, sekumpulan anak – anak yatim, para ustad, santri, dan warga biasa yang juga hidup bersahaja, dituding CIA (Central Intellepigence Agence) sebagai tempat penggodokan para teroris. Disebut sebutlah Hidayatullah sebagai jaringan Al-Qaidah di Indonesia. Koran-koran yahudi AS, The New York Times dan The Washington Post, juga situs media Time.com serta CNN.com edisi 17 September 2002 mengungkapkan, Hidayatullah adalah tempat pelatihan islam radikal di Indonesia yang berada di bawah jaringan Al-Qaidah.



Bagai mana mungkin hal itu terjadi?padahal perkampungan Gunung tembak berdampingn dengan masyarakat kampong yang terkenal kampong tertip”, Di kampung ini ada pasar, Para pedagang, kerap keluar masuk kedalam pesantren  untuk menawarkan barang dagangannya.Halnya para santri, mereka kerap mencari keperluan sehari-hari di pasar tersebut.

Dari kota Balikpapan, sebelum sampai di Gunung tembak, kita akan melewati empak pangkalan Militer AD dan AU, Sebuah Yonif 600 Lintas Udara (Linud) Sepinggan, dan juga pangkalan Lunama Kopas TNI AU yang bertugas mengamankan  Bandara Intertional Sepinggan.Agak keselatan tepatnya di desa Manggar, terdapat Asrama pasukan Batalyon 612 TNI AD, dan sebuah Batalyon Dodiklat (Komando Pendidikan dan Latihan) dari kodam VI Tanjungpura. Jarak desa Manggar dengan Pesantren Hidayatulloh, Gunung Tembak, hanya 13 km.Dengan peta yangdemikian, rasionalkah apa yang mereka tuduhkan itu?

 Mmang, jantung utama kehidupan di kampus seluas 150 hektar ini adalah masjid agung “Ar-Riyadhoh”. Dari 200 penghuni Pesantren Hidayatullah, hamper 1/3 waktu mereka sehari (delapan jam) habis di masjid. Aktifitas kampus di mulai pukul 02.30 dinihari, sebuah mobil patroli dengan dua buah serine meraung-raung mengelilingi kampus. Seluruh santri dan warga dibangunkan untuk sholat lail, sholat subuh kemudian tadarrus atau wirid. Acara selanjutnya, santri menyetor hafalan kepda para ustadz. Aktifitas ini berlangsung hingga pukul 06.00 pagi, dan setiap hari.

 Secara intens, nilai-nilai yang di tebar disini adalah aqidah berjalan simultan, baik dikelas, dilapangan, maupun dimajelis-majelis pondok. Segala aktivitasnya diarahkan agar santri dan warga memiliki tauhid yang kuat yang hanya menggantungkan semuanya pada kekuatan Ilahi Robbi. Kerena pola pendidikan yang sedemikian sehingga tidak heran bila para santri yang di tugaskan ke daerah, memiliki mental “jihat total” dalam arti tidak memiliki rasa takut terhadap apapun dan di medan tugas mana pun.

 “Dengan penugasan ke daerah, kami semakin yakin akan bimbingan dan bantuan Alloh dan berusaha mengurangi ketergantungan kepada yang lain, sehingga hanya Alloh tempat memohon bantuan,”ungkap Nur Yahya Asa, Santri yang kini bertugas dia Aceh, dengan yakin.

Karena inilah aqidah yang diintrodusir, Allohuyarham Abdulah said, pernah memberi tiga catatan dalam “Diklat Syahadat”-nya.pertama, bersiaplah menghapi malapetaka, dimana kondisi sangat tidak menyenangkan dating dengan tiba-tiba, yang dapat mengurangi semangat dan keikhlasan kita. Kedua, kesengsaraan dengan kehidupan yang serba sakit dan pahit, serba terbatas, seraba memperihatinkan  dalam tempo yang tidak sebentar. Ketiga, munculnya goncangan akibat pel bagai ujian dan cobaan dating bertubi tubi, ditambah beban yang terus meningkat, sementara kemampuan yang ada tidak mendukung.

 Sementara di sektor eskternal, karena kita datang dengan satu sikap, satu pendirian,membawa satu prinsip yang tidak bias ditawar, kalimat tauhid laa ilaaha illallah, maka sangat wajar bila mana langsung diasambut oleh benturan kaum kafir. Upaya untuk mencelakakan, merugikan bahkan penghancuranakan senan tiasa ada. Bentuk bias lewat sabotase ekonomi, issu dan fitnah politik, serta gangguan-gangguan lain untuk menggoyahkan pendirian, sehingga mereka yang berusaha menjaga dan melihara aqidah (syahadat)-nya dibuat menjadi sengsara.

Kepada Alloh Swt jualah kembalinya segala urusan. Wamakaru wa makarallaha wallahu hkairul maakiriin.

DIPOSKAN OLEH BAYTI JANNATI DI 08.42

Cerita dari Dieng dan Selembar Doa ”Palestina

PETAK-petak kebun masih memamerkan kemolekannya, saat awan tipis mulai memeluk mesra punggung perbukitan. Di ufuk barat, matahari sedang bersiap. Tak lama lagi sinarnya dilumat senja.

Pemandangan indah itu terlihat dari jalur pendakian Gunung Prau. Di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah ini, saya tengah rehat sejenak.

Berhenti sesaat saat mendaki gunung adalah keniscayaan. Semua pendaki yang saya lihat, siang hingga sore, Sabtu (17/10/2015) itu, pasti begitu. Sejak mulai menjejaki Gunung Prau, sekitar pukul 15.26 WIB, sudah berkali-kali saya istirahat.

Saya mendaki bersama 11 anggota Tim Ekspedisi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Pusat yang terbagi beberapa rombongan. Saya kebagian rombongan kedua. Di trek Patakbanteng yang kami pilih, terdapat 3 pos, ditandai plang nama berwarna hijau.

Pos I kulalui dengan agak tertatih. Jalur setelah pos ini mengitari lereng anak Gunung Prau. Jalannya cukup sempit, mengular di antara perkebunan kentang yang dibatasi pagar bambu. Para pendaki mesti antrian melintasinya.

Pos II Canggal Walangan, baru kulewati pada pukul 16.26 WIB. Memasuki pos ini, treknya berubah. Hutan pinus menghadang. Jalannya pun lebih lebar, dengan tanah berlubang dan berundak-undak tak karuan. Di sini para pendaki bisa saling menyalip. Tapi target tim kami bukan tiba dengan cepat, melainkan dengan selamat.

Selain itu, saat naik ke gunung, sebenarnya tak perlu buru-buru apalagi berlari. Cukup melangkah dengan santai dan teratur. Jika sudah lemas, berhentilah sejenak, jangan terlalu lama. Teori-teori itu saya dapatkan dari pengamatan terhadap para pendaki lain. Meski sudah punya banyak referensi soal pendakian, namun lebih banyak referensi baru yang kudapatkan di lapangan.

Selepas rehat, badan terasa segar dan bertenaga lagi. Tapi baru beberapa langkah, kembali lemas. Saat begini, yang paling dibutuhkan adalah semangat. Begitulah tampaknya yang dirasakan setiap pendaki. Tampak mereka saling menyemangati. Saya pun turut menyemangati pendaki lain. Pun sebaliknya, mereka menyemangatiku, “Ayo, Bang!”

Rupanya, cukup banyak pendaki dari kalangan anak-anak, jauh lebih muda dariku. Tak sedikit pula dari kaum hawa, termasuk yang berjilbab. Sempat saya berpikir nyeleneh, kok ada cewek mau naik gunung?

Jelang ujung trek Pos II, ada spirit tambahan. Pada batang sebuah pohon terlihat tulisan dari spidol, “Semangat, 5 menit lagi.” Entah siapa penulisnya. Saya pun memperlihatkannya kepada sejumlah rekan setimku untuk menyemangatinya.

Pukul 17.01 WIB. Akhirnya kujumpai Pos III, namanya Cacingan, membuatku agak tergelitik. Seperti Pos II, Pos III juga tak ada penjaganya. Di sini para pendaki beristirahat sejenak sembari duduk dan minum.
Debu menjadi tantangan tersendiri dalam pendakian ke Prau. [Foto: Syakur]

Mengikis Sombong
Langkah demi langkah kuayun. Jelang puncak, treknya makin terjal. Di sini kudapati tiga pria pendaki yang berjalan kompak dan teratur. “Jalan lima langkah, ngasonya (berhenti) lima detik. Ini pesanan dari orangtua,” terang pemimpinnya tanpa menjelaskan lebih jauh saat kusamperi.

Trik itu sempat kupraktekkan. Memang agak nyaman jika melangkah teratur. Hingga akhirnya, setelah berjam-jam mendaki, saya pun tiba di puncak Gunung Prau sekitar pukul 17.37 WIB. Suatu kebahagiaan tak terhingga menghampiri. Segala kepenatan menguap, terbayar oleh indahnya pemandangan di sekeliling kami.

Puncak Prau berketinggian 2.565 mdpl, disebut-sebut sebagai puncak dengan pemandangan sunrise terindah se-Asia Tenggara. Dari sini tersaji indahnya Telaga Warna Dieng yang dikelilingi sawah dan pedesaan. Juga keindahan puncak gunung-gunung lain, seperti Gunung Lawu, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, dan Gunung Sumbing. Masya Allah!

Begitu semua anggota Tim Ekspedisi BMH sudah tiba di puncak, kami segera memasang tenda-tenda. Lanjut masak, santap malam, dan shalat Maghrib jamak Isya.

Suhu puncak sangat dingin. Tanganku selalu bergetar saat memegang sesuatu. Karena tak sanggup menyentuh air, terpaksa bertayammum saja untuk shalat. Syukurnya, jaket tebal mampu menghangatkan tubuhku.

Malam itu, kami dihampiri seorang pendaki dari tenda sebelah. Sofyan, pria 40 tahun asal Tegal itu, mengaku sudah berpengalaman mendaki. Bermula saat masih SMA. Beberapa bulan sebelum ke Prau, ia mendaki Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat. Darinya kutahu bahwa trek Patakbanteng, meski tergolong pendek tapi paling ekstrem dan terjal dibanding trek lain ke Prau.

Baginya, selain olahraga, mendaki adalah ajang mengikis kesombongan dan mentadabburi ciptaan Allah. “Saat di puncak, kita akan merasa bahwa kita tak pantas untuk sombong,” ujarnya. Dalam pendakiannya ke Prau, ia mengajak anaknya, kelas 4 SD, untuk menanamkan padanya akan hakikat mendaki.

Ia mengaku, istrinya sempat tak suka ia naik gunung. Tapi ia bilang, “Daripada saya main perempuan lebih baik saya main ke gunung.” Sebelum kami terlelap bersama sleeping bag masing-masing, kurenungi nasihat Sofyan.

Untuk Palestina

Esoknya, Ahad (18/10/2015), tepat 5 Muharram 1437 H. Usai shalat Shubuh berjamaah, kami menyambut keindahan sunrise. Lagi-lagi hanya kepada Allah kami memuji. Detik-detik terbitnya mentari tak luput dari bidikan kamera para pendaki.

Ada tradisi unik pendaki di puncak, yaitu menulis salam atau doa di atas kertas untuk yang dicintainya. Kertas itu difoto dengan latar belakang pemandangan, dan biasanya dikirim ke media sosial. Entah dari mana asal tradisi ini.

Seorang sobat pernah mengirim salam untukku dari Puncak Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat. Saat melihat foto kirimannya, saya senang banget. Mungkin itu cara pendaki membahagiakan orang yang ia cintai.

Atas dasar itu, saya menuliskan pesan cinta untuk keluarga di kampung halaman, Balikpapan, Kalimantan Timur. Juga buat kawan-kawan di Jakarta. Tapi ada yang lebih penting kurasa. Bekerjasama dengan Syukur Sudani Hulu, staf BMH, saya menulis sebait doa berikut:

“Untuk kalian umat Islam dan para Mujahidin di Palestina, Suriah, Yaman, serta seluruh dunia. Doa dan dukungan kami selalu menyertai kalian. Salam perjuangan dari Tim BMH dan Hidayatullah media. (Munas IV Hidayatullah).”
Saat menuliskannya, kucoba resapi perjuangan mereka yang tengah menghadapi tirani dan penjajah di negeri masing-masing. Dingin, letih, lapar, haus, dan secuil susah yang kami rasa dalam pendakian, jauh belum sebanding dengan derita mereka.
Melengkapi kampanye itu, saya mengenakan ikat kepala “Save Gaza” dan baju kaos berbentuk bendera Palestina. Hingga kami turun dari gunung, atribut itu tetap melekat di badan. Berharap kampanye ini mengingatkan para pendaki akan Palestina dan negara Islam lainnya. Di sisi lain, hati kecilku merasa baru segini yang bisa kami perbuat.
Dalam perjalanan turun gunung, saya melangkah cepat, kadang berlari kecil. Selain trik ini disarankan oleh Sofyan, sebuah semangat baru tertanam dalam diriku. Pendakian perdanaku memang memberi kesan mendalam. Kesan buruknya, saat turun, debunya jauh lebih banyak daripada saat naik.
Oya, dulu saya pernah bertanya-tanya, ngapaian sih capek-capek mendaki gunung? Ternyata, mendaki itu bikin ketagihan. Ibarat guyonan pengantin baru, “Lebih baik ketagihan daripada penasaran”. Ke gunung yuk!*
Rep: Muh. Abdus Syakur
Editor: Cholis Akbar

Pahala Kebaikan

وعن أبي ذَرٍّ ، رضيَ اللَّهُ عنه ، قال : قال النبيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « يقولُ اللَّهُ عزَّ وجَلّ: مَنْ جاءَ بِالحَسَنَةِ ، فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِها أَوْ أَزْيَدُ ، ومَنْ جاءَ بِالسَّيِّئَةِ ، فَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ . وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْراً ، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعاً ، ومنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذرَاعاً، تَقَرَّبْتُ مِنْهُ باعاً، وَمَنْ أَتاني يمشي ، أَتَيْتُهُ هَرْولَةً ، وَمَنْ لَقِيَني بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطِيئَةً لاَ يُشْرِكُ بِي شَيْئاً، لَقِيتُهُ بمثْلِها مغْفِرَةً » رواه مسلم

Dari Abu Zar r.a., katanya: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Allah Azzawajalla berfirman – dalam Hadis Qudsi: “Barangsiapa yang datang – mengerjakan – kebaikan, maka baginya adalah pahala sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan dan barangsiapa yang datang – melakukan – keburukan balasannya keburukan ialah keburukan yang seperti itu atau Aku ampunkan dosanya. Barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta, barangsiapa yang mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Barangsiapa yang datang di tempatKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas. Barangsiapa yang menemui Aku dengan membawa kesalahan hampir sepenuh bumi, maka asalkan ia tidak menyekutukan sesuatu denganKu, tentu Aku akan menemuinya dengan pengampunan sebanyak kesalahan yang dilakukan olehnya.” (Riwayat Muslim)

Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

Tata Tertib Pondok

Tata Tertib Pondok

1. Di Pondok Secara Umum
- Tidak diperkenankan membawa, menyimpan atau menggunakan alat komunikasi atau yang semacamnya   (S)
- Tidak diperkenankan membawa, menyimpan atau menkonsumsi rokok atau jenis narkoba lainnya (B)
- Tidak diperkenankan membawa, menyimpan atau menggunakan busana atau atribut yang tidak syar’i dan tidak menjaga muru’ah seperti isbal, celana pendek dan lainnya (R)
- Tidak diperkenankan bersenandung, bersiul, bicara kotor dan semacamnya (S)
- Tidak diperkenankan berbahasa daerah (R)
- Tidak diperkenankan membawa, menyimpan atau menggunakan milik orang lain tanpa izin pemiliknya terlebih dahulu (R) – (S) – (B)
- Tidak diperkenankan keluar kampus tanpa izin pengasuh (S) – (B)
- Tidak diperkenankan menghina, mencela, atau memandang remeh orang lain (B)
- Diharapkan menjaga kebersihan dan keindahan 
2. Di Masjid
- 5 Menit Sebelum Azan, santri diharapkan Sudah berada dimasjid, bagi yang datang setelah azan maka masuk kategori pelanggaran (S)
- Tidak diperkenankan meninggalkan masjid kecuali telah selesai dari kegiatan
Diantaranya : wirid pagi & petang, wirid ba’da isya dan program lainnya (S)
- Diharapkan menggunakan busana yang rapi, sopan dan syar’i (R)
- Diharapkan menjaga kebersihan dan keindahan
3.
Di Asrama
- Tidak diperkenankan membiarkan kasur posisi istirahat bila meninggalkan asrama (R)
- Tidak diperkenankan membuka aurat baik saat istirahat ataupun yang lain (S)
- Tidak diperkenankan untuk bercerita diwaktu istirahat (Diatas jam 10:30 malam) (R)
- Tidak diperkenankan membiarkan pakian tidak pada tempatnya (R)
- Diharapkan menjaga kebersihan dan keindahan
Catatan : Bagi santri yang telah berulang-ulang melakukan pelanggaran dan terlihat dari sikapnya yang membangkang dan tidak lagi taat kepada aturan maka ini masuk kategori pelanggaran (SB) dan semua aturan ini berlaku hingga ada perubahan atau pengecualian.
Ket
R = Ringan
S = Sedang
B = Berat
SB = Sangat Berat

Sangsi Sangsi Pelanggaran 
- R = kerja (kerjaannya tergantung kondisi) diwaktu olahraga
- S = botak, kerja (kerjaannya tergantung kondisi) diwaktu olahraga dan 
   menulis alqur’an (jumlahnya tergantung kondisi)
- B = botak, kerja, menulis qur’an, dan makan tanpa lauk (nasi saja)
- SB = dipulangkan kekampung (keorangtua) 
Pimpinan Pondok

Ust. Irwan Sambasong

Sambutan Pimpinan Ponpes Tahfizh Hidayatullah

Mainstream Hidayatullah yang fokus pada gerakan dakwah dan pendidikan adalah sangat relevan dan tetap akan relevan dimasa mendatang. Berlandaskan pada dua gerakan ini, peradaban Islam yang diridhai Allah akan segera tercapai.

 Ponpes Tahfizh Hidayatullah di bawah yayasan Pesantren Hidayatullah Bangka Belitung sejak awal berdirinya bertekat untuk mendukung program-program strategis lembaga secara khusus dan umat secara umum. Karenanya Program Tahfizhul Qur'an lulusannya diharapkan mampu menopang kebutuhan SDM Lembaga yang memiliki ruh perjuangan, ketangguhan iman sekaligus memiliki skil profesional dalam mengembangkan lembaga – lembaga pendidikan Islam baik boarding (pesantren) maupun non boarding. Dari wahana lembaga-lembaga pendidikan inilah akan lahir generasi-generasi tangguh yang tahan terhadap gempuran pengeroposan akidah dan akhlaq. Sebab benteng terakhir yang diharapkan mampu ‘menyelamatkan’ anak-anak bangsa ini adalah lembaga pendidikan berbasis agama. Tahfizhul Qur'an diharapkan juga menjadi pusat research pengembangan pendidikan yang saat ini eksisting di lingkungan Hidayatullah.

                Mainstream ke dua Hidayatullah adalah gerakan dakwah. Domain dakwah lebih luas dan kompleks. Tidak dibatasi oleh formalitas, tidak dibatasi sasaran programnya, tidak dibatasi media dan pendekatannya. Ponpes Tahfizh dengan pendidikan tahfizh ini memposisikan dirinya sebagai penyedia SDM yang siap diterjunkan di medan-medan dakwah di seluruh tanah air.

                Kami mengajak semua pihak yang merindukan kemenangan Islam untuk bergabung dengan kami. Kita harus yakin dengan janji Allah. “Jika kalian menolong (agama) Allah, Allah akan menolong kalian dan mengokohkan posisi kalian”. Peradaban Islam hanya akan terwujud dengan kerja keras, pengorbanan dan bersama-sama. Pekerjaan besar mewujudkan “PERADABAN ISLAM” ini menjadi tanggungjawab di pundak semua muslim. Kami mengudang generasi muda untuk bergabung dalam rangka menikmati perjuangan di jalan Allah ini. Semoga Allah memberikan petunjuknya pada kita semua Amien.

Alamat Ponpes Hidayatullah Bangka Belitung

ALAMAT : 


  1. Pesantren        : Jl. Air mera, Desa Teru, Kecamatan Simpangkatis, Kebupaten Bangka Tengah.
  2. No. Rekening : 3710007973 Bank Muamalat a.n : Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah                                 Babel, 
  3. Contac Person: 081355688726 (Ustadz Irwan S.) 082154707130 (winanto)
  4. Fb                    : ponpes tahfiz hidayatullah babel
  5. Email              : ponpestahfizh_hidayatullah@yahoo.co.id                                                                                       Ponpestahfizhhidayatullah24@gmail.com
  6.  Blog              : PONPES TAHFIZH HIDAYATULLAH BABEL (BLOG)                                                           PONPESTAHFIZHHIDAYATULLAHBABEL.blogspot.com                                                     http://ponpestahfizhhidayatullahbabel.blogspot.co.id/#



Kado Cita Buat Mahasiswa Tingkat Akhir

STIHID - Tahun akhir masa perkuliahan (semester VII dan VIII) seringkali disebut sebagai masa transisi atau masa peralihan. Ibarat musim, masa transisi itu terjadi jika ada musim peralihan dari musim hujan berubah ke musim kemarau, atau sebaliknya. Pada masa seperti itu, terkadang terjadi musim penyakit, utamanya menjangkiti usia anak-anak. Pada masa-masa seperti itu pula dibutuhkan daya tahan tubuh yang kuat dan kemampuan survival (bertahan) yang kokoh. Agar tidak menjadi korban dari efek masa peralihan tersebut.

Secara umum, masa-masa akhir di kampus identik dengan tumpukan urusan kuliah, terutama ujian skripsi yang acap molor akibat keseringan ditunda-tunda. Ada juga yang mulai sibuk berfikir. Apa setelah kuliah? Jika ingin uang, maka kerja apa dan di mana bekerja? Kalau hendak menikah, lalu menikah dengan siapa? ujung-ujungnya kembali kepada berapa dana yang ia punya. Kalau mau lanjut kuliah lagi, maka kuliah di mana? Serta banyak lagi tumpukan fikiran yang menjadikan para mahasiswa seolah-olah sepakat dengan pembenaran istilah di atas tersebut.

Tak terkecuali mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan, tidak sedikit diantara mereka yang merasakan dampak dari masa transisi itu. Alih-alih para mahasiswa kian berlomba mendekati garis finish kuliah. Justru sebagian di antara mereka kehilangan fokus dalam kuliah bahkan bermalas-malasan datang kuliah atau kuliah tapi terlambat datang ke kampus. Bahkan ada yang prestasi akademik juga ibadahnya justru anjlok ketika menjalani semester akhir kuliah.

Tentunya, hal ini bukan untuk mengungkap bobrok mahasiswa. Tapi sebagai bahan evaluasi buat seluruh komponen STIS Hidayatullah. Fenomena sosial ini ada dan terjadi di sekitar kita semua. Sekiranya ia baik, maka kita dituntut untuk merawat dan meningkatkannya. Sedang jika ia buruk, maka menjadi tugas kita semua agar keburukan itu bisa hilang atau minimal berkurang dengan mujahadah kita bersama. Sebab hal itu terkait dengan kualitas keimanan seseorang. Semakin kuat cahaya iman yang ada, semakin luas wilayah yang bisa diterangi oleh pancaran cahaya itu.

Terlebih dalam rumus orang beriman disebutkan, amalan seseorang itu diukur di akhir perbuatannya. Sabda nabi, “Sesungguhnya amalan itu tergantung kepada akhirnya.” (Riwayat al-Bukhari, dari sahabat Sahl bin Sa’ad). Apakah ia beroleh husnul khatimah (akhir yang manis/ happy ending) ataukah malah mendapat cap su’ul khatimah (akhir yang buruk/ bad ending). Belum lagi motivasi nubuwwah yang lain, barangsiapa yang amalannya hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka beruntunglah dia. Sebaliknya barangsiapa yang amalannya hari ini sama saja atau justru lebih buruk dari kemarin, maka merugi bahkan celakalah dia.

Setiap Muslim niscaya berharap mendapatkan husnul khatimah. Kita ingin merasakan happy ending tidak hanya dalam urusan akhirat, tapi juga dalam setiap pekerjaan di dunia ini. Untuk itu, menurut penulis, setidaknya ada lima faktor mengapa mahasiswa STIS seringkali menganggap akhir kuliah (semester VIII) sebagai masa transisi;

Pertama, Penulisan dan Ujian Skripsi.

Ada yang berbeda dalam kegiatan formal akademik di perkuliahan STIS Hidayatullah. Salah satunya, jika mahasiswa luar STIS sibuk urus skripsi di semester akhir (semester VIII), maka mahasiswa STIS merampungkan penulisan Skripsi sekaligus Ujian Skripsi pada semester VII. Sebelumnya, para mahasiswa dibebani membuat Proposal Skripsi di semester VI. Setelah itu, pada semester VIII, mahasiswa STIS lebih difokuskan kepada materi kuliah yang bersifat aplikatif dan bermanfaat di tempat tugas nanti.

Untuk itu, sadar tidak sadar, para mahasiswa punya kesan “santai” menjalani kuliah di semester VIII STIS. Sebab, tidak bisa dipungkiri juga, sebagian mahasiswa menganggap Ujian Skripsi adalah puncak dan klimaks dari “beban” kegiatan akademik seorang mahasiswa. Mereka meyakini, inilah inti perkuliahan ketika seorang mahasiswa dinyatakan lulus dalam Ujian Skripsi. Ia berbeda dengan Ujian Terbuka di setiap semester genap atau Ujian Akhir Semester (UAS) pada setiap semester sekalipun.

Man jadda wajada. Demikian ungkapan Arab mengajarkan. Siapa yang bersungguh-sungguh niscaya ia mendapatkan (yang diinginkan). Bagi yang duduk di semester VII, terkadang ada mahasiswa yang justru berdalih dengan urusan sibuk skripsi lalu kendor [baca: malas-malasan] dalam beraktifitas lainnya. Sebenarnya tak masalah serius dalam mengurus skripsi. Ia benar saja dan tidak keliru. Sebab, hasil itu acap berbanding lurus dengan mujadahah dan doa yang tiada henti. Namun (sekali lagi) urusan skripsi bukanlah alasan untuk lalai dengan amanah-amanah yang lain. Toh, perkara  skripsi bukanlah satu-satunya kewajiban mahasiswa dalam perkuliahan dan pengkaderan.

Kedua, Senioritas di Kampus.

Diakui atau tidak, rasa lebih atau merasa utama itu acap kali terbetik dalam diri manusia. Sebenarnya hal ini adalah penyakit hati yang sulit dihindari. Terlebih jika orang itu lalu meminta perlakuan yang berbeda dengan yang lain. Bisa jadi ada mahasiswa yang dulunya dia getol meneriakkan penegakan aturan, bahkan mungkin namanya tercatat sebagai salah seorang pengurus Dewan Santri di asrama atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), tapi malah ia kendor ketika tak lagi aktif sebagai pengurus.

Inilah yang terkadang menjangkiti perasaan dan sikap mahasiswa semester akhir. Menjadikan mereka yang dulunya rajin tiba-tiba menjadi malas. Mulai dari malas ikut kegiatan asrama hingga malas kuliah. Lebih ngeri lagi, jika ia mulai malas ibadah. Sebab jika spritual mahasiswa yang bermasalah, niscaya yang lain ikut jadi trouble semua.

Ketiga, Menjelang Penugasan.

Ibarat seutas tali titian. Ia memiliki ujung dan pangkal. Ada awal ada akhir. Inilah sunnatullah kehidupan di dunia. Perjalanan panjang proses pendidikan dan pengkaderan selama empat tahun di STIS akan finish dengan berakhirnya semester VIII sebagai ujung dari penantian panjang seorang mahasiswa. Selanjutnya, serta merta ia berubah status, sebagai seorang alumni atau lulusan STIS.
Bukan lagi seorang mahasiswa yang berkutat dengan teori dan hafalan di kelas. Tapi kini, tandang ke gelanggang menyapa umat di setiap pelosok nusantara.

Olehnya tak salah jika masa-masa jelang penugasan ini menjadi titik paling krusial seorang mahasiswa. Ia berstatus transisi, sebab seolah-olah satu pijakan kakinya telah bergeser ke daerah tugas. Meski telapak yang satu juga masih mencengkeram kuat di STIS Hidayatullah. Ia layak disebut transisi, sebab statusnya sebagai mahasiswa belum dicopot, dengan segala atribut aturan yang melekat. Namun, bayang-bayang tugas dan dakwah di berbagai daerah juga kian nyata mendekat.

Keempat, Menjelang Pernikahan.

Ini salah satu faktor kenapa mahasiswa menjadi galau di ujung perkuliahannya di STIS. Pelan tapi pasti, isu Pernikahan Mubarakah kerap berhembus menerpa mahasiswa semester akhir. Lebih parah lagi, jika ada yang iseng mengutak-atik nama dan calon pasangannya lalu menyebarkan ke orang lain. Akibatnya, mahasiswa yang disebut namanya menjadi hot topic dan korban gosip yang diperbincangkan para warga dan mahasiswa.

Di sisi lain, “keunikan” Pernikahan Mubarakah yang merahasiakan calon pasangan hingga dua hari menjelang hari–H juga menjadi alasan tersendiri bagi mahasiswa (yang ikut jadi peserta) untuk ikutan mikir, siapa gerangan pendamping mereka kelak, yang katanya sangat gagah rupa atau berparas cantik itu. Alhasil, kuliah jadi malas-malasan, setoran hafalan dan tugas lainnya ikut terbengkalai hanya gara-gara menghayal tentang pernikahan.

Lebih parah lagi kalau sudah berani menyimpan HP dan nekat sms-an/ telepon-an atau mengoleksi foto seorang ikhwan/ akhwat yang disukainya. Cukuplah catatan sejarah di STIS akan deretan mahasiswa korban HP atau Facebook. Lebih tragis lagi, sebab beberapa nama tersebut adalah mahasiswa semester akhir STIS. Masa yang sangat singkat sebenarnya (jika mau bersabar) untuk menuntaskan misi pendidikan dan pengkaderan selama 4 tahun di STIS.

Penutup

Sekali lagi, tulisan ini tak ada maksud untuk memojokkan siapapun. Ia bukan pula legitimasi atas fenomena sosial yang menimpa mahasiswa semester akhir pada umumnya. Tulisan ini hanyalah penggalan episode mujahadah dan muhasabah yang tiada henti dalam meningkatkan kualitas output STIS Hidayatullah. Sebab STIS Hidayatullah tak lain adalah wadah amal shalih kita bersama.
Sejatinya, meski potensi dan amanah yang berbeda, tapi yakinlah seluruh kepingan-kepingan mujahadah itu kelak akan bermuara kepada harapan yang sama. Harapana akan lahirnya sarjana Muslim yang ulama dan berkarakter pemimpin. Sarjana yang tidak hanya sabar ketika belajar tapi juga mampu tegar dalam mendakwahkan ajaran Nabi. */Masykur Suyuti/Pembimbing Mahasiswi STIS Hidayatullah

Pesona Santri


Buya Hamka pernah mengatakan bahwa santri berasal dari kata satria. Satria artinya orang yang siap menderita untuk menegakkan kebenaran dan membela kepentingan orang banyak.

Setelah Allah tidak lagi mengutus nabi dan rasul-Nya untuk menyebarkan Islam ini maka ulama adalah ahli waris nabi yang meneruskan risalahnya. Santri adalah generasi penerus ulama yang disiapkan untuk meneruskan estafeta dakwah Islam.

Santri adalah calon ulama, kyai, ustad, tuan guru ataupun tengku yang mengemban amanah dakwah di tengah masyarakat. Merekalah yang diharapkan menjadi tulang punggung dakwah Islam yang mengendalikan dinamika tantangan zaman dengan bekal ilmu yang dimilikinya.

Oleh sebab itu santri dianggap pemuda yang suci. Terhindar dari maksiat dan alergi berbuat dosa. Secara standar manusia zaman sekarang, pemuda pacaran, berpakaian norak, main game, main internet, nonton film adalah sesuatu yang wajar. Namun bagi santri adalah pelanggaran besar yang mengurangi martabat santri.

Contohnya, bagi pemuda biasa bisa menjalankan shalat lima waktu sudah baik tapi untuk santri shalat lima waktunya harus berjamaah di masjid plus segala shalat sunnah rawatibnya. Bagi orang awam bisa membaca al-Qur’an sudah cukup tapi bagi santri harus bisa menghafal, menterjemahkan sebagian isi al-Qur’an.

Standar-standar tersebut kelihatannya berat dan sulit namun inilah nilai beda dan unggul dari seorang santri. Keberadaan santri sangat disegani dan dihormati bila bisa menjaga kehormatannya.

Menjadi santri bukan pekerjaan ringan. Karena santri bukan malaikat yang hidup tanpa nafsu. Justru santri adalah anak remaja yang nafsunya lebih dominan karena semangat ingin mencobanya sangat tinggi. Maka pesantren membentenginya dengan aturan-aturan, hukuman bagi yang melanggar dan apresiasi yang taat.

Pesantren ibarat aquarium dan santri adalah ikannya. Tidak ada aquarium yang diisi dengan ikan gabus, nila atau sepat, tentu semakin bagus aquarium semakin baik juga ikannya dan terpilih kualitasnya, warnanya indah dan menyenangkan untuk dipandang, seperti ikan emas, hias yang harga jutaan rupiah per ekor.

Oleh sebab itu santri bukan terkungkung dalam penjara suci tapi terlindungi fitrahnya dalam bingkai illahi yaitu pesantren. Sebuah tempat yang sangat peduli dengan pelaksanaan ibadah dan amal shaleh, berusaha untuk mengantarkan santri-santri pada cita-cita yang mulia dan surga menjadi tujuan akhirnya. Wallahu a’lam bish Shawwab.*/Abdul Ghofar Hadi / Dosen STIS Hidayatullah

Syarat Dan Ketentuan

Syarat Dan Ketentuan


  1. Taat Tehadap lembaga
  2. Mau Mengabdi Untuk Islam
  3. Siap Melanjutkan Ke Perguruan tinggi Hidayatullah
  4. Siap ditugaskan

Beasiswa

Sekilas Mengenai Beasiswa

Ponpes Tahfizh Hidayatullah memiliki program BEASISWA dan JAMINAN Kuliah yang diperuntukkan bagi Santri yang menginginkan. Beasiswa ini.

Adapun Jaminan Kuliah; karena semua alumninya langsung mendapatkan Tempat perkuliahan di seluruh perguruan Tinggi Hidayatullah Se-Indonesia Maupun perguruan lain yang telah bekerjasama dengan Ponpes Tahfizh Hidayatullah.

Ponpes  ini didesain sebagai Pondok Pesantren yang unggul dan kompetitif. Hidayatullah sebagai lembaga dakwah telah melahirkan kader yang idealis, loyal, dan militan, dalam memegang syariat Islam. Namun, itu saja tak cukup. Perlu ditambah keunggulan ilmiah dan akademis.

Ponpes ini didesain agar mampu bersaing dan melahirkan  pemimpin yang berkarakter ulama. Santri Tahfizh Hidayatullah diharapkan mempunyai kemampuan akademis, kepemimpinan leadership (kepemimpinan), manajerial yang tinggi dan sekaligus pejuang Qur'an.

Keunggulan

Lembaga pengkaderan ini diprakarsai oleh Pimpinan Umum Hidayatullah Ust. Abdurrahman Muhammad dan ustadz-ustadz senior yang mengawali berdirinya pesantren Hidayatullah

Tenaga pendidik dan penkader merupakan perpaduan antara spirit Ustadz-Ustadz senior yang berpengalaman dengan Ustadz-Ustadz muda yang memiliki kompetensi dibidangnya dan komitmen terhadap lahirnya kader-kader Islam.

Letak kampus yang berada di tengah-tengah lingkungan miniatur peradaban Islam yang sangat kondusif untuk mentransfer ilmu dan pengetahuan.

Kurikulum untuk pembentukan karakter kader Islam dengan mensinergikan kurikulum Depag, Diknas dan lokal.

Menerapkan pendidikan seutuhnya dengan pembinaanyang sinergis untuk melahirkan kader Islam yang faqihu fiddin, mujahidun fisabilillah, mutqinul fil minah dan mukhlishun fil amal.